Opini

Strategi Pemilu PKI di Bawah Bayang-bayang Pemberontakan

726
×

Strategi Pemilu PKI di Bawah Bayang-bayang Pemberontakan

Sebarkan artikel ini

Karesidenan Semarang enggan kalah, PKI berhasil menunjukkan dominasi suara sebanyak 60 persen, mengungguli beberapa partai besar lainnya. Dapil Jawa Tengah benar-benar mengorbitkan nama PKI sebagai Jawara.

Dominasi suara di Jawa Tengah bisa jadi dilandasi oleh sejarah partai yang banyak disuarakan di Jawa Tengah, dari ISDV, PKH, hingga bertransformasi menjadi PKI.

Scroll untuk melihat berita

Siasat Pemenangan

Paradigma setiap partai politik untuk berkontestasi dalam pemilihan umum memiliki satu titik konsentrasi yaitu kemenangan. Kemenangan menjadi acuan dasar setiap partai untuk melenggang maju di kursi parlemen dan kemudian menaruh harap atas ide-ide dan metode bagaimana mensejahterakan rakyat.

Serupa dengan PKI kala itu, dikatakan dalam buku Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri. “Sebuah partai harus berusaha meloloskan kandidat terbaiknya. Apalagi kandidat itu adalah seorang ketua partai,”.

Perolehan suara dalam pesta demokrasi, memahami jalan pikiran Siswoyo, adalah bersifat kuantitatif, suara dibutuhkan sebanyak-banyaknya untuk mendulang kemenangan partai. Ini dikatakan dan berlaku kepada semua partai.

Alasan kemudian pemilihan Jawa Tengah sebagai wilayah lumbung suara partai murni atas pertimbangan kader dan sejarah historis maupun potensi revolusioner. Ide harus berporos pada target tinggi yang dicapai. Cerdik, sederhana, efektif, murah. Itulah yang ingin dicapai oleh PKI di Jawa Tengah.

Metode penerapannya mencakup empat hal tergantung bagaimana kondisi geografis dan sosial sebuah wilayah kampanye. Sebagai contoh Klaten yang memiliki sungai sebagai sumber kehidupan masyarakatnya, maka PKI memiliki cara unik dengan memanfaatkan daerah aliran sungai untuk berkampanye senyap. Puluhan Rakit bambu dihanyutkan tanpa pengemudi dengan gambar khas PKI yaitu Palu Arit. Tentu dengan niat agar masyarakat bisa melihat bendera tersebut.
Ini dianggap sebagai terobosan cerdik dari para kader.

Kampanye senyap yang lain adalah layang-layang diterbangkan tinggi dengan gambar serupa yaitu Palu Arit. Ini juga diterapkan di Karesidenan Semarang hingga Kendal memanfaatkan kondisi geografis angin kencang. “Wahai angin, kami menitipkan ide dan gagasan kami untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat,” sebuah bayangan kampanye politik di era 50-an.

(*) Penulis adalah wartawan beritabangsa.id.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *