Opini

Strategi Pemilu PKI di Bawah Bayang-bayang Pemberontakan

715
×

Strategi Pemilu PKI di Bawah Bayang-bayang Pemberontakan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Fikri Mahbub *

LEMPENGAN sejarah Indonesia pernah mencatat kecemerlangan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam berkontestasi di Pemilu 1955 silam.

Scroll untuk melihat berita

Tepat satu dasawasrsa setelah Indonesia merdeka dari penjajahan. Berbagai catatan manis dipertontonkan oleh partai besutan Dipa Nusantara Aidit itu dalam mengarungi pemilu di tengah gempuran stigma negatif tragedi 1948 Madiun.

PKI selalu berada di rangking empat besar jajaran partai populer kala itu. Jauh mengungguli adik se-ideoliginya, Partai Sosialis Indonesia bentukan Sutan Sjahrir yang menempati posisi 8 sebagai partai yang melenggang masuk parlemen. Praktis PKI hanya kalah oleh Partai Nasionalis Indonesia (PNI), dan Masyumi.

Siapa menyangka PKI bisa meraup 6.179.914 suara di Pemilu tahun itu dan berhak menempati posisi empat besar. Arus perpolitikan sedang tidak mendukung suara untuk PKI. Suaranya diprediksi tergerus pasca tragedi pemberontakan Madiun. Secara hitung-hitungan untuk menang, itu tidak mungkin. Namun militansi kader partai membungkam semuanya. Suara Jawa Tengah menjadi kunci sejarah yang tak terlupakan.

Partai menagih militansi kader kala ketua umum maju dalam kontestasi pemilu. Saat itu DN Aidit menginginkan dirinya duduk di kursi parlemen.

Tujuannya untuk memperjuangkan ideologi partai yang beraliran kiri. Sama seperti segenap kader yang memiliki cita-cita serupa. Maka kemenangan menjadi hal yang bisa dimaklumi seutuhnya.

Distrik Pemenangan

Karesidenan Surakarta menjadi teritori pemenangan suara partai. Nyaris di beberapa kota, PKI dapat menguasainya. Buktinya sebanyak 747.000 suara diperoleh PKI meski Wonogiri, Karanganyar, dan Sragen tak sepenuhnya bisa dikuasai. Rata-rata dari ketiga kota tersebut PKI bertengger di posisi kedua.

Kekalahan itu dibayar lunas oleh PKI di Surakarta, Boyolali, Klaten. PKI melebeli dirinya sebagai pemenang mutlak. Suaranya tak terbendung, PNI dan Masyumi yang menjadi saingan beratnya tak berhasil mengatasi kepopuleran partai kiri itu.

Bahkan Boyolali mencatat kemenangan hingga hampir 80 persen banyaknya. Sebuah angka yang fantastis bagi partai yang meggendong banyak kontroversi. Seirama dengan Klaten yang memiliki basis massa berhaluan kiri kala itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *