Bangsa dan Negara

Resolusi Jihad dan Fatwa Ulama Saat Perang 10 November, Sejarah yang Terlupakan

274
×

Resolusi Jihad dan Fatwa Ulama Saat Perang 10 November, Sejarah yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Resolusi jihad
Para tokoh ulama NU saat menghadiri acara orasi kebangsaan Resolusi Jihad

BERITABANGSA.ID – SURABAYA – Pertempuran rakyat dari berbagai penjuru dan segenap elemen masyarakat termasuk ulama dan santri melawan pasukan sekutu di Surabaya pada 10 November 1945 tidak seperti yang digambarkan dalam buku-buku sejarah selama ini.

Pasalnya, perlawanan rakyat yang kerap digambarkan layaknya kelompok tawuran tersebut justru sudah terkonsep dengan baik hingga pasukan sekutu bisa dipukul mundur.

Scroll untuk melihat berita

Hal ini diungkap Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, KH Abdul Halim Mahfudz saat memberikan sambutan pada Orasi Kebangsaan: Resolusi Jihad Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari Sebagai Fakta Sejarah Berdirinya Republik Indonesia di Aula Ternate Aseec Kampus B Unair Surabaya, Kamis (31/08/2023).

Sejumlah pembicara hadir dalam Orasi Kebangsaan tersebut yakni KH Ulil Absar Abdala Ketua PBNU, Prof Katjung Marijan Guru Besar Ilmu Politik Unair, KH Ahmad Baso penulis buku NU Studies dan KH Ahmad Khuluk Wakil Ketua Dewan Pembina Pagar Nusa Jatim.

Dalam orasinya Gus Kikin, sapaan akrab KH Abdul Halim Mahfudz merunut sejarah di mana Jepang yang saat itu menyerah dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 memunculkan niatan Belanda dan tentara sekutu untuk kembali masuk ke Indonesia.

“16 September sekutu masuk ke Indonesia. Di Jakarta, Bandung dan Semarang tidak ada perlawanan. Namun saat ada kabar akan masuk ke Surabaya pada 25 Oktober. Kiai Hasyim Asy’ari mendahuluinya dengan mengumumkan Fatwa Jihad,” terangnya.

Fatwa tersebut kemudian menjadi tonggak Resolusi Jihad hingga menggugah seluruh kalangan santri dan ulama dari berbagai daerah untuk berbondong-bondong menuju Surabaya guna melakukan perlawanan. Inilah yang kemudian membuat target tiga hari membumi hanguskan Surabaya yang dilontarkan sekutu tidak tercapai.

“Jadi pertempuran 10 November di Surabaya bukan seperti tawuran. Ada pasukan Hisbullah, Sabilillah dan Mujahidin yang sangat terlatih didalamnya. Mereka yang menggerakkan kekuatan masyarakat. Sebab dalam perjalananya menuju Surabaya banyak masyarakat yang ikut serta, namun lagi lagi ini tidak ada dalam catatan buku sejarah,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *