Ekonomi Dan Bisnis

Cantiknya Cuan dari Budidaya Burung Parkit Australia di Jombang

216
×

Cantiknya Cuan dari Budidaya Burung Parkit Australia di Jombang

Sebarkan artikel ini
Parkit Australia
Tampak pembudidaya burung parkit Australia di Jombang. Foto : Faiz

BERITABANGSA.ID – JOMBANG – Laksmia Deviati (28) warga Desa Candi, Kecamatan Jombang, berhasil meraih pundi-pundi rupiah dari beternak burung Parkit Australia. Setiap bulannya, ia berhasil meraup omzet hingga Rp7 juta.

Wanita berjilbab itu terlihat sibuk memberi pakan puluhan burung di sebuah gudang rumahnya yang disulap menjadi kandang burung.

Scroll untuk melihat berita

Puluhan pasang burung dalam kandang itu satu persatu diberi pakan. Sejumlah kandang yang kotor juga dibersihkan.

Itulah aktivitas Mia sapaan akrabnya, saat memiliki waktu senggang. Awalnya, Mia memang hobi memelihara burung. Terutama jenis burung yang kerap disebut Falk itu.

“Saya melihat punya teman itu tertarik akhirnya beli satu ekor,” katanya, Kamis (28/9/2023) siang.

Baru pada 2017 lalu, dirinya mencoba untuk budidaya burung yang mempunyai jambul itu.

“Karena saat itu saya lulus kuliah dan sedang menunggu pekerjaan. Jadi saya mempunyai ide untuk budidaya Parkit Australia ini. Jadi saya belikan pasangan buat burung saya,” ungkapnya.

Rasa ingin tahunya terhadap burung peliharaannya membuat Mia banyak memburu ilmu baru.

Mencari informasi tentang burung peliharaannya kepada sejumlah komunitas burung. Ia juga mengakses informasi melalui YouTube. Semakin banyaknya ilmu yang diperoleh, membuatnya semakin tertarik. Termasuk untuk beternak.

“Saya belajar ke tempat teman saya yang berada di Surabaya. Akhinya mencoba itu,” ungkapnya.

Selang tiga bulan memelihara parkit, rupanya burung yang dibelinya betelur. Perkembangan ini membuatnya semringah. Ia mengaku berjodoh dengan peliharaannya, sehingga mampu berkembang biak. Telur burung itu pun dipisah dalam sebuah sangkar khusus yang dibuat di sisi kandang. Mia semakin berhati-hati merawatnya.

Mulai dari pemberian pakan, kondisi pakan, dan kehangatan sangkar diperhatikan. Setelah mengerami selama 21 hari, telur menetas. Anakan burung itu pun diawasi dengan seksama agar tidak mati saat pertumbuhan.

“Jadi untuk anakan itu saya beri makan dengan cara menggunakan pipet,” bebernya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *