Sosial

Kisah Gadis 11 Tahun di Jombang, Melawan Penyakit Syaraf Otak Sejak Bayi

55
×

Kisah Gadis 11 Tahun di Jombang, Melawan Penyakit Syaraf Otak Sejak Bayi

Sebarkan artikel ini
Syifa
Tampak Syifa yang terbaring lemas di samping ibundanya

BERITABANGSA.COM-JOMBANG – Usianya sudah menginjak 12 tahun, tapi Ainur Syifa, gadis asal Dusun Kemambang, Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang ini sepanjang usianya itu menghabiskan waktu terbaring lemas di atas kasur.

Syifa, dilumpuhkan oleh penyakit gangguan syaraf otak sejak masih bayi. Dari situ, sekujur tubuhnya lemah tak bisa berdiri, bahkan untuk duduk pun masih kesulitan.

Scroll untuk melihat berita

Di rumah sederhana itu, Syifa, hidup berdua dengan ibundanya, Suryati (52). Pun ketika didatangi beritabangsa.com, Syifa, hanya berbaring dipelukan ibunya di kasur tanpa ranjang.

Syifa ditempatkan di ruang depan. Hal itu untuk memudahkan ibunya, mengawasinya sambil mengerjakan kerajinan gerabah.

Begitulah Suryati aktivitas sehari-harinya, membuat gerabah sambil menjaga Syifa bermain.

Divonis Idap Syaraf Otak Sejak Lahir

Syifa
Aktivitas Syifa yang terbaring lemas dan ibundanya yang melancarkan usahanya

Syifa lahir di Jombang, Oktober 2010 lalu. Saat persalinan nyaris tak terdengar suara tangis bayi. Sehingga Suryati, tak melihat air mata Syifa meleleh laiknya bayi lainnya. .

Diakuinya di kala itu, Syifa terlahir dengan denyut jantung tidak normal. Kondisinya juga mengalami kejang dan tidak menangis selama 11 hari sejak dilahirkan.

“Jadi pas waktu lahiran itu, awalnya saya pendarahan di rumah. Terus dibawa ke rumah sakit dan melahirkan normal. Lahir itu detak jantungnya satu dua tiga gitu. Di hari keempat itu muncul gejala kejang kejang, terus diobati ke rumah sakit dan sembuh. Kemudian dia tidak nangis sampek 11 hari. Malam hari ke-12 baru nangis, terus saya bawa pulang,” ujar Suryati, Sabtu (13/8/2022) siang.

Hari demi hari, keanehan dari sang buah hati mulai dirasa Suryati. Betapa tidak, bayi yang sudah berusia 4 bulan, belum bisa berbalik badan. Padahal normalnya usia 4 bulan bayi sudah bisa balik badan dan tengkurap sendiri.

Suryati pun mulai panik, dengan meminta bantuan kepada kerabatnya, ia membawa Syifa kembali untuk dilakukan pemeriksaan. Syifa dibawa ke dokter spesialis anak di Kabupaten Jombang.

“Setelah diperiksa, dokternya ngabarin ke saya dari hasil USG itu. Ternyata katanya terdapat lendir di otaknya (putri tunggalnya, red). Sehingga katanya mengalami gangguan syaraf otak,” jelas Suryati menceritakan dengan wajah berkaca-kaca.

Sedih, pasrah, dan terus berdoa, jadi gambaran keadaan Suryati setelah mendapatkan hasil pemeriksaan terhadap anak tunggalnya itu. Setelah pulang dari rumah sakit, dalam kehidupan di rumahnya, ia masih tinggal bersama suami dan sang buah hati.

Usia 1 Tahun, Ayah Pergi

Syifa
Penampakan halaman Rumah Syifa seorang gadis 11 tahun yang mengidap penyakit gangguan Syaraf Otak sejak lahir

Nahas menimpa Syifa dan Suryati. Sang buah hati ditinggal ayahnya pergi. Suryati cerai dengan suami.

Sejak itu, Suryati terpaksa harus berjuang sendiri untuk kesembuhan putrinya. Janda anak satu ini hanya mengandalkan pendapatan tak tetap dari produksi gerabah.

Penghasilan Rp350-500 ribu sebulan hanya cukup untuk kebutuhan makan dia dan anaknya sehari-hari. Lantas, dari mana biaya pengobatan secara medis tak murah itu, Suryati terpaksa memilih mengobati anaknya ke pengobatan alternatif.

Namun, upayanya terpaksa dihentikan saat Syifa berusia 9 tahun. Kondisi keuangan jasa itu masalah utama Suryanti untuk menghentikan pengobatan anaknya.

“Akhir-akhir dia (putrinya, red) berumur 9 tahun itu saya pasrah, karena tidak ada duit. Penghasilan membuat gerabah hanya Rp 350 ribu paling sedikit dan paling banyak Rp 500 ribu, itu sebulan. Cukup ndak cukup, saya cukupin. Waktu itu, upaya untuk biaya pengobatan, saya nyerah, sudah pasrah,” bebernya yang seakan air matanya menetes.

Kondisi Syifa Terkini

Syifa
Melihat lebih dekat sosok Syifa bersama Ibundanya Suryati

Hendak usia 12 tahun, Syifa sudah mengalami sedikit perkembangan daripada tahun-tahun sebelumnya. Dari sebelumnya yang tidak bisa duduk, kini dinilai Suryati jika sudah bisa duduk meski bisa lama butuh sandaran punggungnya.

“Alhamdulillah ada perubahan baik dari Syifa saat ini. Dia sudah bisa duduk dan sudah tidak sering keluar air liur dari mulutnya. Kalau terapi terus berlanjut, Syifa jalani terapi di rumah sini dan biayanya sudah gratis,” katanya.

Sebelumnya, yang belum dapat bantuan maupun ukuran tangan dari berbagai kalangan hingga pemerintahan, kini diakui Suryati sudah mendapatkan. Ia turut bersyukur atas pemberian bantuan tersebut. Mulai bantuan yang didapat dari Pemkab Jombang, Polisi, berbagai komunitas, dan lain sebagainya.

“Alhamdulillah sudah dapat bantuan dari pemerintah, terimakasih. Ya seperti bantuan PKH, sembako, tapi sembako bulan ini masih belum keluar. Dapat bantuan pengobatan atau terapi gratis juga, bantuan dari Polres Jombang dan Satlantas juga, sama dari berbagai komunitas gitu,” tuturnya.

Kendati begitu, ia tidak lepas berharap kepada masyarakat luas untuk memohon bantuan doa kesembuhan sang buah hatinya. Sebab, Suryati ingin melihat putri semata wayangnya berhasil meraih impian yang diharapkan.

“Mohon doa sembuhnya gitu saja. Karena Syifa waktu liat Tv itu ngomong ke saya, kalau dia itu pingin sekolah dan jadi dokter gigi. Tapi saya jawab, gimana mau sekolah kalau masih begini. Jadi berdoa dulu saja, insyaallah saya yakin Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar yang terbaik,” imbuhnya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *