Daerah

Tradisi Unik Warga di Jombang Saat Gerhana Bulan, Tabuh Lesung

123
×

Tradisi Unik Warga di Jombang Saat Gerhana Bulan, Tabuh Lesung

Sebarkan artikel ini
TABUH LESUNG
Tampak sejumlah perempuan berkebaya, ketika menabuh lesung di momen gerhana bulan pada Selasa, (8/11/2022) malam. Foto : Faiz

BERITABANGSA.COM-JOMBANG – Tradisi unik turun temurun dari nenek moyang Tabuh lesung saat gerhana bulan terus dilestarikan oleh warga Desa Munungkerep, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.

Selasa (8/11/2022) malam mulai dari anak-anak hingga emak-emak sudah berkumpul di halaman rumah, dipilih yang lapang.

Scroll untuk melihat berita

Tradisi bergelayut di tiang dan Tabuh lesung pun dimulai. Uniknya lagi, sejumlah emak-emak yang menabuh lesung padi itu, mengenakan pakaian adat kebaya.

Tabuhan lesuh sudah harus dimulai. Gerhana bulan mulai terjadi. Sekira pukul 17.00 – 18.00 WIB bulan sudah tertutup.

Warga lainnya duduk di sekitar, mengelilingi para penabuh lesung. Mereka menonton sembari mendokumentasikan tradisiini.

Terdapat 5 orang perempuan berkebaya langsung menabuh lesung padi malam kemarin.

Bunyi nya tidak asal-asalan. Ada irama dan nada khusus tabuhan lesung tadi. Alunan nada musik lesung juga warisan nenek moyang.

Hutami, salah satu penabuh lesung berkebaya, ingin tetap melestarikan tradisi nenek moyangnya.

Di sisi lain, ada keberkahan dari aktivitas itu dan disertai doa agar dijauhkan dari bencana dan musibah.

“Zaman dahulu, memanen padi berikut tangkainya. Jadi memisahkan gabah memakai lesung dipukul alu. Sekarang kan memakai mesin perontok padi. Tapi tradisi ini harus dipertahankan agar tidak punah,” ujar nenek berusia 70 tahun ini.

Kata Hutami, warga lansia setempat masih sering menggelar tradisi tersebut. Mulai dari tradisi hajatan, sambut gerhana matahari, dan bulan.

“Gak cuma tiap tahun, tradisi seperti ini tetap kami lakukan ketika setiap ada momen tertentu. Seperti gerhana matahari atau gerhana bulan, tujuannya cuma melestarikan, membawa berkah dan dijauhkan musibah,” tandasnya.

Lamat-lamat alunan nada tabuhan lesung mulai terdengar berbeda, sejumlah anak-anak berlarian ke halaman rumah terdekat. Rupanya mereka rebutan tiang halaman rumah, untuk bergantung bersama.

Cukup lama mereka bergelayut pada tiang. Kemudian mereka turun dan kembali menyaksikan tabuhan lesung para perempuan berkebaya itu.

Belum usai gerhana bulan total, tradisi warga dilanjutkan dengan memberi makan telur di atas cobek kepada warga yang haid dan hamil.

Ada dua pasangan di dusun setempat, yang turut makan sejumlah telur ayam kukus itu. Mereka menyantap bersama pasangannya, duduk beralas sapu lidi dan kipas angin berbahan dasar daun pandan.

Kepala Desa Munungkerep, Sutrismi, menyebutkan, hanya warga Dusun Karanggebang yang masih melestarikan budaya nenek moyang ini.

Dia mengaku sangat senang dan mengapresiasi kegiatan warga melakukan tradisi saat gerhana bulan itu.

“Iya, warga di dusun ini yang sering menggelar tradisi nenekg moyang gitu. Saya turut mendukung dan senang, karena ini tetap digelar agar tidak punah,” katanya, di lokasi.

Untuk tradisi anak-anak bergelantungan di tiang saat gerhana bulan, dipercaya meninggikan tubuh…

UN u8tuk melakukan tradisi budaya nenek muda-muda ini masih belajar, belum bisa total.

“Kalau harapannya, semoga tradisi ini tetap dilakukan warga. Supaya tidak punah. Semoga diberi kelancaran, berkah, keselamatan buat senua, dijauhkan dari musibah yang sama-sama tidak kita inginkan,” lanjutnya memungkasi.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *