Hasil yang dianggap buah dari usaha sedemikian rupa justru merepotkan.
Saat sudah begitu, pertanggung jawaban atas karunia yang diharapkan terlimpahkan menjadi berbalik arah menuntut kebenarannya, untuk apa, bagaimana serta apakah sudah sesuai dengan yang semestinya dipergunakan.
Allah menciptakan manusia dan hamba-hamba lainnya dengan fitrah tujuannya adalah beribadah, dan manusia sebagai Khalifah di muka akan bertanggung jawab atas semuanya.
Tatkala suatu perbuatan melenceng (“al-ghoyy”) terjadi, usaha meluruskan atau mengikuti petunjuk (“ar-rusyd”) serta senantiasa berada di sana adalah suatu kemestian.
Maka peringatan menjadi suatu yang urgen dan paling penting untuk menjalankan peran Khalifah manusia.
Di antara hikmah yang dapat diambil dari kaum terdahulu adalah perintah untuk tidak berpecah-belah setelah datang keterangan yang nyata yang dinyatakan sebagai orang-orang yang akan mendapatkan adzab yang besar.
Berpecah-belah sebagai usaha yang berdasar pada kepentingan pribadi/kelompok dan kecenderungan dunia lain merupakan bentuk kezaliman terhadap keadilan berupa menghindari sikap tersebut.
Maka pada saatnya hasil dari usaha, perniagaan, dan jerih payah akan menjadi manusia-manusia dengan dua model, yaitu berwajah putih serta berseri-seri dan wajah hitam muram yang akan ditanyakan mereka apakah mereka kafir setelah iman?! Sedang bagi siapa yang dikaruniakan wajah putih berseri berada dalam Rahmat berupa kebaikan, serta kasih dan sayang Allah yang abadi selama-lamanya.