Ada yang miris. Ada adagium mencuat,”wani piro”, ada duit berapa? Dari situ sedih sebenarnya. Demokrasi di Indonesia mahal dan bahkan Pemilu 2024 kemarin dianggap paling brutal.
Sekian banyak caleg menyemai dan merawat miliaran rupiah selama menjabat, di Pemilu 2024 habis tak ada yang tumbuh suara.
“Mainya sudah kasar Mas, banyakin duit dah,” ujar tetanggaku, menyimpulkan.
Tapi yaa begitulah. Sunatullah. Bahwa sebenarnya dunia ini memang menuju ke fana-an. Ibarat jasmani manusia, dari bayi, anak, remaja, dewasa, matang, lalu tua, keriput dan menuju ajal. Lahir lagi generasi baru dan seterusnya.
Pembaca barangkali setuju, jika kulminasi atau klimaks dukungan rakyat ke Khofifah adalah Pemilihan Umum 2024 lalu, yang di situ ada Pemilihan Presiden dan Pemilihan Calon Legislatif.
Jika setuju mari kita hitung. Jumlah pemilih di Jawa Timur sesuai DPT di KPU Pemilu 2024 adalah 31,4 juta hak suara. Dengan sekali kibas, sekali mendeclare pendukung Prabowo – Gibran, paslon 02, Khofifah Effect langsung membuat gelombang dukungan jutaan rakyat, tokoh semua elemen beralih ke Paslon 02.
Mulai dari mataraman, pantura, lintas selatan dan tapal kuda. Terutama Madura raya, didominasi dukungan Paslon 02.
Apakah kemudian dukungan Paslon 02 itu linier dengan dukungan kepada Khofifah Indar Parawansa, di Pilkada Gubernur akhir 2024 ini besok ? Asumsi normal akan bilang iya.
Tapi sungguh pengalaman Pemilu 2024 telah mengajari bagaimana perubahan sikap pemilih begitu cepat dan drastis terjadi. Pada tercengang semua.