Sampai pada akhirnya kontes pemilihan “Dragon Warrior” diadakan di padepokan milik Master Shifu. Deretan pendekar bertarung merebutkan gelar prestise sosial yang bisa menaikkan taraf hidup ahli Kungfu.
Tak ada satu pun yang berhasil memikat Master Oogway sebagai Master Kebijaksanaan. Hingga telunjuknya tak sengaja menunjuk Po menjadi “Dragon Warrior”.
Panda yang sama sekali tidak mengenal Kungfu itu mengemban tanggung jawab sebagai Pendekar Naga.
Di luar nalar dan ekspektasi. Namun takdir membawanya ke arah berlawanan. Po mendadak mengamini golongan Stoa perihal takdir. Sebuah manifestasi kehendak untuk hidup. Relasi hidup dengan Tuhan dan semesta. Bagi Po takdir begitu lucu, mengejutkan, dan dramatis. Karakter lucu dan bisa dianggap pemalas, namun memiliki segenap keberuntungan yang luar biasa.
Sejak saat itu Po berlatih keras karena tuntutan sekitarnya. Tuntutan rakyat Cina karena sekarang ia menjadi “Dragon Warrior”. Harapan tinggi yang dibebankan padanya. Berkali-kali Master Shifu menyerah dan mempertanyakan keputusan Master Oogway perihal keputusannya memilih Po. Namun Oogway berkali-kali meyakinkan Master Shifu bahwa pilihannya sama sekali tidak salah. Tidak salah karena Master Oogway melihat karakter Po yang polos dan kebaikan hatinya. “Dragon Warrior” bukan semata-mata tentang kehebatan seni Kungfu, namun juga tentang seni kebijaksanaan.
Berkali-kali juga Master Shifu menanyakan peran mengapa Tai Lung tak dianggap. Mengapa macan kecil yang sedari dini ia didik tak lolos kualifikasi penilaian Master Oogway. Itu juga yang menjadi pertanyaan Tai Lung mengapa dia yang sudah merasa overpower dalam dunia Kungfu tak diberi kesempatan menjadi “Dragon Warrior”. Padahal ambisinya begitu besar untuk menjadi pendekar nomer satu di Cina.
Tai Lung merasa bisa menggenggam Cina dengan ambisinya. Namun itu juga yang membuat dirinya terperangkap dalam lembah kegelapan lantaran enggan menerima takdir untuknya. Takdirnya menjadi anak kesayangan Master Shifu meski tanpa embel-embel “Dragon Warrior”. Takdirnya yang tetap menjadi ahli Kungfu terbaik seantero Cina tanpa validasi dari gulungan Pendekar Naga.
Ambisi Tai Lung dan kemarahannya pada orang sekitar tak sepenuhnya menjadi kesalahannya. Dia hanya tokoh yang dibangun dengan ambisi tinggi sebagai pendekar Kungfu nomer satu di Cina. Dia diberedel dengan bakat dan minatnya di dunia Kungfu. Ambisinya terus tumbuh seiring bertambahnya usia. Obsesinya tak menemukan keseimbangan untuk mendamaikan hatinya. Master Shifu ikut andil dalam pembentukan karakter Tai Lung. Dirinya mungkin teringat kata Marcus Aurelius, sang Kaisar Romawi itu tentang ambisi, “Nilai seorang manusia tidaklah lebih dari nilai ambisinya.”
(*) Penulis adalah Pemerhati Sastra dan Budaya Jepang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id