Opini

GLAUKOMA DEMOKRASI

781
×

GLAUKOMA DEMOKRASI

Sebarkan artikel ini
demokrasi

Bagaimana mungkin kelas ekonomi menengah Indonesia yag lagi booming dalam bonus demografi dewasa ini, bisa melewati middle income trap, bila situasi pemerintahannya tidak kondusiv akibat plutokrasi yang disamarkan dalam demokrasi. Bagaimana Indonesia bisa maju bila silent majority tidak segera menyadari bahwa mereka sebagian besar sudah terkena glaukoma demokrasi yang makin akut.

Kalau kesadaran rakyat dalam bernegara dan berbangsa, dalam konteks glaucoma demokrasi, ibarat sudah rusak syaraf-syarafnya (baik individual maupaun kelembagaan) yang menghubungkan ke “otak” (baca hati hurani orang baik), maka kebutaan itu pasti dan masa depan mungkin tidak suram lagi tetapi gelap.

Pada akhirnya plutokrasi yang disamarkan sebagai demokrasi, serta kecurangan yang melahirkan kekecewaan dan delegitimasi yang makin besar, meluas dan masiv, akan melahirkan chaos, betapapun penguasa mampu memainkan manajemen konflik diantara rakyat.

Kekecewaan melahirkan kebencian. Dan kesombongan yang terus menerus dari kelompok plutokrasi, misal seperti kalimat: “Anda hebat bila bisa mengalahkan saya” atau misal seperti kalimat tweet “Cara menaklukkan anjing adalah dengan memberinya tulang. Ahai!”, akan melahirkan dendam kesumat.

Seperti kata Friedrich Nietzsche: It is imposible to suffer without making someone pay for it; every complaint already contains revenge.

Atau quote John Dryden: “Waspadalah terhadap kemarahan orang (rakyat) yang (kelihatannya) sabar”.

Dalam khasanah Jawa, tanpa pulung orang bisa menjadi raja, tetapi hanya sementara. Karena kekuasaan dan kedaulatan hanya milik Tuhan. Kebangkitan dan kejatuhan hanya soal waktu. Tetapi seburuk-buruknya kejatuhan seyogyanya yang soft landing, bahkan husnul khotimah. Bukan kejatuhan yang hina, yang dikenang sepanjang masa.

Saya membatin, yang dicari apa to pak? Jangan mainkan kekuasaan melampaui batas terluar (outer limit) karena batas itu menyentuh kedaulatan Tuhan. Wallahualam

(*) Penulis adalah pengamat sosial dan politik, di Surabaya,

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60
Iran
Opini

Sepertinya, Iran dalam merespon kesepakatan gencatan senjata ini…