Aspek lain yang berhubungan erat dengan mabuk adalah seks. Dua kata kerja yang tak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Semacam kenikmatan syahwat dunia yang tak terpisahkan. Himne bangsa Mesir Kuno ‘bepergian melalui rawa-rawa’ sepertinya melambangkan eufemisme Mesir Kuno untuk berhubungan seks.
Perayaan itu juga biasanya digelar saat Sungai Nil mulai menunjukkan pasang. Untuk mengairi tanah Mesir yang gersang, maka perlu perayaan yang bersifat religiusitas nan kulturistik agar sang dewa menurunkan belas kasihnya.
Bahkan, tradisi mabuk bersama dengan alkohol bisa ditelusuri lebih jauh dari bangsa Mesir Kuno. Orang-orang Godin Tape, sekarang Iran, dulunya lebih dahulu mengenal alkohol pada 3.500 sebelum Masehi. Perayaan yang dicatat sejarah sebagai salah satu perayaan tertua di dunia.
Memasuki dunia modern, meski beberapa agama melarang penganutnya untuk mengamini kenikmatan alkohol dan ritual mabuknya, nyatanya sejarah alkohol tak akan pernah bisa sirna.
Deretan bar menyediakan minuman beralkohol dengan kadar yang berbeda. Dilanggengkan dengan gaya hedonis yang dianut kaum muda. Meski mahal tentu tak masalah untuk membeli kenikmatan.
Perkembangannya tak hanya menyeret kaum muda dari kelas masyarakat bawah, menengah, hingga atas. Juga menyeret golongan arkais yang primordial. Meski tak sepenuhnya menerima multikulturalisme, namun nyatanya mereka membaur dengan identitas alkohol yang variatif.
Berbicara dampak jangka panjang, tentu bisa diperdebatkan. Bukan hanya menyoal konsumsivitas belaka, melainkan pola hidup, kebiasaan berpikir, dan efektivitas dalam kehidupan bersosialnya, baik secara vertikal maupun horisontal. Banyak peneliti mengatakan alkohol hanya merusak kesehatan dan memperpendek umur manusia.
Bahkan sebuah survei terbaru mengklaim bahwa sebagian besar lelaki pada kelompok usia 30 sampai 50 tahun mengeluh mempunyai tingkat libido yang lemah disebabkan karena konsumsi alkohol yang berlebihan dan juga stres.
Mengambil sudut pandang dan akulturasinya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat di kota besar juga tentu menarik untuk dipelajari. Sebagian, namun tak semua mengiyakan saat anak-anaknya bebas berkeliaran malam di diskotek satu ke diskotek lain. Mencari kepingan bahagia dan jati diri sebagai anak muda. Mereka hanya diberi pesan ‘hati-hati ya, jangan sampai ribut’. Sebuah pemakluman yang begitu absurd.
Oleh: Vikri Mahbub (*)
(*) Penulis adalah wartawan beritabangsa.id
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id