Terkini

6 Pakar dari 4 Benua Bahas Society 5.0 di iConASET 2022

45
×

6 Pakar dari 4 Benua Bahas Society 5.0 di iConASET 2022

Sebarkan artikel ini
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad jazidie (tengah) saat foto bersama dengan para pakar dari 4 Benua

BERITABANGSA.COM-SURABAYA– Berbagai fenomena dan perkembangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat teknologi yang dibuat oleh manusia semakin berkembang.

Society 5.0 merupakan salah satu yang menjadi perbincangan hangat saat ini.

Scroll untuk melihat berita

Melihat situasi tersebut Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menghadirkan 6 pakar dari 4 benua dalam acara International Conference on Applied Sciences, Education, and Technology (iConASET) 2022.

Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini, (8-9/9/2022) di Auditorium Unusa Lantai 9 Kampus B Jemursari dan menghadirkan para pakar di berbagai dunia, Yu-Chuan Li, (Taipei Medical University), Muhammad Myn Uddin, (Takara Bio USA), Alison Hutton (University of Newcastle, Australia), .Wardah Al Katiri, (Unusa), Suma Jayachandran (Manipal Global NXT University, Malaysia), Benny Tjahyono (Coventry University, UK).

Akademisi dan Peneliti dari Taipei Medical University, Yu-Chuan Li, mengungkapkan bahwa penggunaan artificial intelegence (AI) atau kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan menjadi inovasi yang sangat penting.

AI ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi peningkatan beban kerja dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk menghasilkan layanan kesehatan yang efisien, efektif, dan berkualitas.

“Teknologi Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang efisien, efektif, dan berkualitas,” ungkap pria yang menyampaikan materi dengan tema Artificial Intelligence in the future of healthcare.

Dikatakannya, aplikasi AI dapat berkontribusi bagi manusia sehingga mampu membantu berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang Kesehatan, yang dapat difokuskan terhadap sumber daya dalam pengobatan dan pelayanan pasien dalam situasi pasca pandemi.

Yu-Chuan Li menambahkan, bahwa teknologi AI bisa menjadi salah satu cara mengatasi permasalahan sistem pelayanan kesehatan.

“Tentu kedepannya kita ingin supaya kualitas pelayan bisa penuhi, jadi pelayanan kesehatannya tinggi baik untuk individu maupun masyarakat,” paparnya.

Dari sisi biaya, lanjut Yu-Chuan Li, akan bisa ditekan. Inovasi AI sudah diterapkan dalam penyediaan dukungan medis di Eropa serta sebagian besar wilayah di dunia, dan diharapkan teknologi ini ke depannya akan bisa dimanfaatkan di Indonesia.

Hal senada diungkapkan Alison Hutton pengajar di University of Newcastle, Australia. Dirinya menyampaikan bahwa era society 5.0 mempertemukan berbagai bidang dengan teknologi yang menghasilkan Artificial Intelligence. Di Australia Ai telah membantu para perawat di sana.

“Situasi dan kondisi para perawat di Australia selama terjadinya ‘Disruptive Events’. Disruptive Events yang terjadi di Australia tidak hanya pada saat Pandemi Covid-19 tetapi juga kebakaran hutan dan banjir,” jelasnya.

Hal ini, ini masih kata Alison, berdampak tak hanya fisik tetapi juga mental. Manajemen sistem pemerintahan yang kurang persiapan membuat banyak dari persiapan yang terkena Covid sehingga mengurangi jumlah pekerja. Para perawat lainnya juga harus bekerja secara overtime. Hal ini menyebabkan beberapa pekerja yang kelelahan.

“Situasi ini pihak pemerintah menyiapkan beberapa skema alternatif, salah satunya melalui implementasi Artificial Intelligence,” pungkasnya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *