BERITABANGSA.ID – JOMBANG – Ratusan warga keturunan Tionghoa dari berbagai daerah, menggelar tradisi Ching Bing atau sembahyang kubur di makam KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur.
Pagelaran tradisi menghormati arwah para leluhur itu, berlangsung pada Sabtu (24/6/2023) siang. Sedikitnya 100 orang warga Tionghoa ikut acara, mulai dari Semarang, Surabaya, Jombang dan sekitarnya.
Sebelum ke makam presiden ke- 4 Republik Indonesia (RI) ini, mereka berkunjung ke museum yang masih di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Kemudian mereka berjalan kaki menuju ke makam Gus Dur.
Tidak itu saja selama di perjalanan, sejumlah warga Tionghoa membawa alter terdapat papan nama Gus Dur di dalamnya. Papan arwah itu digotong bersama sembari diiringi tabuhan dengan alat musik tambur, gong, dan simbal.
Ketua perkumpulan Boen Hian Tong (Rasa Dharma) Semarang, Haryanto Halim, mengatakan kedatangan mereka adalah untuk berziarah (Ching Bing) ke makam Presiden ke-4 RI itu. Dan merupakan ziarah kali kedua setelah 2022 lalu juga melakukan hal serupa.
“Kali ini Ceng Beng bawa papan arwah sebagai simbol penghormatan kami kepada Gus Dur. Ini sudah kita lakukan ke dua kalinya. Jadi kami bawa sinci Gus Dur dari klenteng kami ke sini,” ujarnya.
Selama ini, kata Haryanto, Gus Dur berada di meja leluhur sebagai bentuk penghormatan etnis Tionghoa terhadap arwah cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari ini.
“Selanjutnya papan arwah akan kami bawa lagi ke Semarang. Mudah–mudahan menjadi ritual merawat penghormatan kami terhadap ketauladanan Gus Dur,” katanya.