Selain itu, anak yang terjangkit demam berdarah akan mengalami berbagai perubahan.
Biasanya, anak akan terlihat lemas dari sebelumnya, mengalami penurunan nafsu makan, mual, nyeri seluruh tubuh dan radang tenggorokan. Gejala tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata harus segera ditangani.
“Para orang tua harus aware ketika sang anak telah mengalami gejala tersebut dengan rentang waktu tiga hari. Jika tidak berangsur membaik segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” katanya.
Tips
Tak lupa, dr Dwiyanti memberikan tips pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan. Pertama, dengan menerapkan 3M (menguras, mengubur dan menutup).
Langkah tersebut setidaknya dapat mencegah adanya pertumbuhan jentik-jentik dan sarang nyamuk.
“Biasanya yang luput dari masyarakat ini pada genangan yang berada di sekitar rumah, seperti genangan air pada bekas botol minuman kemasan, genangan air pada bawah dispenser dan banyaknya pakaian tergantung. Hal tersebut lengah dari perhatian masyarakat,” tambahnya.
Dr Dwiyanti menilai, pemberlakuan fogging sebetulnya kurang efektif karena fogging akan hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa tidak dengan jentik-jentik.
Ia menginformasikan, adanya penelitian mengenai nyamuk wolbachia yang dinilai ampuh menurunkan kasus demam berdarah di Yogjakarta.
“Pada dasarnya, nyamuk wolbachia merupakan nyamuk yang telah terinfeksi bakteri wolbachia. Bakteri tersebut akan diturunkan pada keturunan nyamuk lainnya. Hal ini dinilai penyebaran virusnya akan terhambat. Seperti halnya, di Yogjakarta yang berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengan program wolbachia,” tuturnya.
Sebagai tambahan, informasi tersebut disampaikan saat gelaran Dokter Unair TV bertajuk “Waspada Demam Berdarah Dengue pada Anak, Cegah Komplikasi Sebelum Terlambat” pada Jumat (26/4/2024).
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id