Pada periode ini, manusia menggunakan batu besar atau megalit sebagai alat atau bangunan, biasanya berupa monumen atau struktur besar seperti dolmen, menhir, dan cromlech.
Megalitikum biasanya dikaitkan dengan periode neolitikum hingga awal zaman besi, dalam rentang waktu kisaran 5000 sampai 700 sebelum Masehi (rentang waktu bisa berbeda-beda, tergantung pada wilayah geografis).
“Ini adalah kekayaan Jember yang perlu diperkenalkan secara luas. Masyarakat mungkin kurang minat dengan situ batu, tapi setelah dirawat, ternyata bagus dan menjadi kearifan lokal,” ucap Ketua HPI DPC Jember, Hasti Utami.
Istimewanya, lokasi wisata situs batu yang ada di wilayah Arjasa ini didukung oleh pemandangan yang sangat mempesona, sehingga membuat wisatawan tertarik untuk menjelajahi area pedesaan yang asri.
“Untuk itu, kami juga melaunching Jember Megalitikum Strack, agar masyarakat mudah mengekspose situs-situs sejarah. Ada batik dan transport ojek yang siap mengantarkan wisatawan menyusuri keindahan Jember khususnya di Arjasa ini,” ujar Hasti.
Di tempat yang sama, Ketua Association of The Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) DPC Jember, Wahyu Setyabudi, mengatakan kegiatan jelajah purba merupakan langkah awal memperkenalkan situs megalitikum ke seluruh dunia.
“Jember akan lebih baik lagi. Jember akan terus bangkit. Kita ada HPI, ASITA, dan PHRI, akan terus berupaya mengembangkan sektor wisata, sehingga perekonomian semakin meningkat,” tandasnya.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jember, Bambang Rudianto, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan jelajah purba ini.
“Mudah-mudahan tidak hanya kali ini saja, tapi rutin digelar. Dengan demikian, destinasi wisata yang ada di Kabupaten Jember semakin dikenal dan bisa menarik wisatawan luar daerah untuk berkunjung. Hal itu bisa berdampak positif pada perkembangan ekonomi masyarakat,” Pungkas Bambang Rudianto.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id