Kehadirannya di Indonesia, negara ke-18 dari 30 negara yang akan dikunjungi sebagai bagian dari kampanye Solidarity Rising, NGO, yang dia ikuti guna menunjukkan kepada dunia bahwa di belahan bumi Sahara Barat, masih ada penindasan.
“Semoga perhatian dunia tidak hanya kepada Palestina saja, tapi juga dukungan bagi Sahara Barat,” ujarnya.
Misi mengungkap kondisi Sahara Barat yang menjerit itu, dilakukan dengan mengendarai sepeda pancal bertolak dari Swedia, dan finish di Sahara Barat.
“The next year, we have finish this duty. (Tahun depan kami akan menyelesaikan tugas ini),” ujar Benjamin.
Sebelumnya, Benjamin dan Sanna, memberikan paparan tentang jeritan dan kondisi pengungsi di Sahara Barat di hadapan mahasiswa fakultas Budaya di Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, PWI Jatim, dan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Jombang.
“Setelah Jombang nanti, kita akan menuju Nganjuk, istirahat, lalu ke Ngawi, Sragen, Pekalongan, lalu Jogja,” ujar Benjamin.
Sementara itu, Ketua Sanggar Tri Purwo Budoyo, Sulastri Widyanti, mengaku senang dengan kehadiran teman baru dari Swedia.
Kehadiran mereka diharapkan bisa membakar api semangat remaja Jati Duwur untuk berlatih menari, dan melestarikan budaya warisan leluhur ini.
“Terima kasih Mister Benjamin dan Mrs Sanna. Kami mohon maaf hanya bisa memberikan makanan tradisional Jawa,” ujarnya.