Sejarah Wisata Tanoker
Wisata Tanoker berdiri pada 2009 lalu, namun mulai eksis 6 tahun kemudian, tepatnya pada 2015 melalui berbagai event yang digelar dalam berbagai acara perayaan tingkat desa.
Kisah Wisata Tanoker dimulai pada 14 tahun silam, di mana kala itu, banyak anak-anak yang suka bermain egrang, bakiak, sepakbola, dan permainan tradisional lainnya.
Sebagian diantara mereka termasuk anak-anak yang kurang beruntung, kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya, bahkan sering ditinggal ke luar negeri untuk menjadi TKI dan tidak pulang selama bertahun-tahun, sebagian lagi sudah tidak punya orang tua.
Namun istimewanya, anak-anak ini masih terus bertahan menghadapi pahitnya kenyataan, bahkan tetap bermain dan tertawa bersama meski kehidupannya jauh dari kata sempurna.
Ki Supo dan beberapa warga yang lain menaruh hati kepada anak-anak ini, kemudian terbesit di pikiran mereka untuk merubah kehidupan anak-anak menjadi lebih baik dan memiliki masa depan yang cerah.
Singkat cerita, mulailah Ki Supo merangkul mereka dengan mendirikan sebuah komunitas kecil-kecilan, mereka menamainya Tanoker.
Lewat komunitas inilah anak-anak itu seakan memiliki rumah untuk berkeluh-kesah hingga berbagi pengetahuan seputar permainan tradisional seperti egrang dan bakiak.
Lima tahun berselang, komunitas Tanoker mulai dikenal ke berbagai daerah, bahkan pernah diundang ke Thailand untuk memainkan egrang.
Tempat mereka bermain egrang juga dikembangkan menjadi destinasi wisata yang saat ini dikenal dengan sebutan Wisata Tanoker.
Kata Tanoker sendiri berasal dari Bahasa Madura yang berarti kepompong dan memiliki filosofi tersendiri.
Kepompong merupakan tempat bagi seekor ulat yang kadang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang, kemudian ia bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang disukai karena kecantikannya.
Ki Supo berharap masa depan anak-anak itu seperti halnya kepompong yang merasakan pahit terlebih dahulu namun menikmati keindahan di masa depan dengan torehan prestasi gemilang.
“Sekarang komunitas Tanoker diteruskan oleh warga sekitar dan adik-adik dari generasi diawal-awal, beberapa juga ada yang masih mengajarkan tentang bermain egrang di sini,” ucap Ki Supo.
Setelah mengerti dengan asal-muasal Wisata Tanoker, wisatawan lantas melanjutkan penjelajahannya dengan mencoba bermain egrang sendiri.
Layaknya permainan baru, mereka tentu tidak langsung bisa memainkannya meski mencobanya beberapa kali.
Namun ada juga salah seorang diantara wisatawan yang berhasil menguasai permainan egrang dalam waktu singkat.
Setelah 45 menit bermain, para wisatawan kemudian beristirahat sejenak untuk salat Jumat di masjid yang tidak jauh dari lokasi Wisata Tanoker.