Beberapa diantaranya berhasil meraih beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan dan Beasiswa Erasmus Mundus untuk studi di Perancis dan Belgia. Selain itu, ada juga yang telah memulai studi di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
“Semua ini menunjukkan bahwa kualitas lulusan Fakultas Kedokteran Unusa sangat baik dan setara dengan lembaga pendidikan kedokteran lain yang sudah lama berdiri” ungkapnya.

FK Unusa juga bekerja sama dengan Asosiasi Rumah Sakit NU (Arsinu), sebuah asosiasi Rumah Sakit NU yang memungkinkan pihaknya untuk memfasilitasi penempatan dokter-dokter di rumah sakit-rumah sakit yang berafiliasi dengan NU.
Handayani menyampaikan, dirinya berharap bisa melihat pertumbuhan fasilitas kesehatan di pondok pesantren.
Hal ini akan membantu mengurangi ketergantungan mereka pada fasilitas kesehatan eksternal dan memungkinkan untuk memberikan pelayanan medis kepada siswa, santri dan masyarakat sekitarnya.
Menurutnya, tidak sedikit mahasiswa FK Unusa berasal dari pondok pesantren, sehingga ia berharap mereka kembali ke sana untuk memberikan kontribusi positif.
Sementara Rektor Unusa, Prof. Achmad Jazidie, mengungkapkan, pentingnya pondok pesantren dalam konteks pencegahan penyakit dan perbaikan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Jumlah pesantren yang besar di seluruh Indonesia menjadi faktor penting dalam upaya ini. Lulusan dari FK Unusa harus memiliki perubahan mindset yang positif untuk mendukung inisiatif pencegahan berbasis pesantren.
“Upaya ini diharapkan akan menjadi kontribusi positif bagi fakultas kedokteran di Indonesia dan para dokternya. Namun, ini hanyalah salah satu bagian dari upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, dan ada banyak lagi yang dapat dilakukan,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id