Ia mengungkapkan Ching Bing dimaksudkan untuk merawat nilai keberagaman, nilai kemanusiaan dan nilai demokrasi.
Termasuk juga menjadi pengingat, tidak hanya etnis Tionghoa tapi juga semua. Atas keteladanannya, Gus Dur pun diangkat etnis Tionghoa sebagai bapak Tionghoa.
“Gus Dur adalah sosok sangat penting bagi warga Tionghoa. Diberi gelar lagi Bapak Tionghoa Indonesia, Guru Bangsa pendukung minoritas,” tandasnya.
Masih di tempat yang sama, Ketua Paguyuban Sosial marga Tionghoa Indonesia Jawa Timur Pepeng Putra Wirawan mengatakan selama ini Gus Dus adalah guru bagi semua orang Tionghoa. Selayaknya berkunjung berziarah ke makam putra KH Abdul Wahid Hasyim ini.
“Salah satu bapak anti intoleransi, anti diskriminasi,” ungkapnya di hadapan awak media.
Pepeng menuturkan ke makam Gus Dur bagi warga Tionghoa suatu kebanggaan. Sebab, sejak 2000 an, warga Tionghoa bisa mengadakan imlek bersama karena jasa Gus Dur.
“Pada generasi muda Gus Dur adalah contoh pengabdian generasi untuk memajukan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
Di lokasi, begitu ritual sembahyang arwah digelar, mereka mengikuti dengan penuh semangat dan khidmat. Ritual penghormatan arwah Gus Dur dilakukan dengan mengakomodasi kelompok lintas agama.
Para tokoh dari Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan Khong Hu Cu bergantian memimpin doa di tengah ratusan peziarah Islam yang hadir. Uniknya, saat doa dipanjatkan, semua warga Tionghoa menyalakan hio dan mengikuti prosesi dengan khidmat.
Setelah berdoa, seluruh peserta menyanyikan lagu ya lal wathan diiringi musik tradisional Tionghoa dan Indonesia Raya. Sementara itu, acara ching bing ini diakhiri dengan mengarak sinci Gus Dur keluar makam diringi ratusan warga Tionghoa menuju halaman masjid Ulul Albab.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id