“Berkas berkas penting, barang barang berharga sudah saya amankan. Ya buat antisipasi kalau hujan lebat gitu, bisa cepat lari cari tempat ngungsi. Soalnya ya takut kalau pas hujan deras di dalam rumah itu, ya bunyinya kretek-kretek kaya’ mau geser dan retak gitu,” paparnya.
Saat dihitung bulan-bulan sebelumnya, jumlah retakan di teras dan dinding rumahnya semakin bertambah.
Selain itu juga ada yang terus membesar, meski sebelumnya sempat ditambal.
Sehingga ia berharap ada langkah secepatnya dari pemerintah pusat maupun daerah.
“Kalau harapannya semoga cepat aman dan dijauhkan dari segala bala dan musibah, tidak ada bencana alam gitu. Tapi untuk antisipasi itu kan harus ada, makanya kami nunggu dari pihak pemerintah yang katanya masih survei dan bangun tenda untuk bantuan dan antisipasi bencana alam itu,” tandasnya.
Sementara itu Kepala Desa Sambirejo, Sungkono, memastikan jika terdapat 10 rumah warga setempat yang keretakan pada rumahnya cukup parah.
Hingga kini, tindak lanjut pemerintah masih proses survei dan penelitian.
Di samping itu disebutkannya juga sudah ada dua tenda yang dibangun dari Kementerian Sosial dan BPBD Jatim di atas kawasan warga terdampak tanah bergeser.
“Ya mungkin dampaknya dari intensitas hujan yang tinggi, sehingga tanah longsor dan bergeser. Sementara ini ada 10 rumah warga yang terdampak alami retak. Kalau yang dilaporkan lebih dari jumlah itu, tapi cuma retak biasa,” bebernya.
“Di lokasi susah ada dua tenda. Satu tenda dimanfaatkan sebagai dapur bantuan kebutuhan makanan. Sementara satu tenda lainnya diperuntukkan petugas yang siap siaga mengantisipasi terjadinya tanda-tanda bencana saat cuaca ekstrem saat ini,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id