Sejarah

Gebrak Juang Sang Sroedji, Pahlawan dari Jember

223
×

Gebrak Juang Sang Sroedji, Pahlawan dari Jember

Sebarkan artikel ini
Patung Sroedji
Patung Sroedji berdiri gagah di depan Kantor Pemkab Jember

BERITABANGSA.COM-JEMBER- Letkol Sroedji merupakan pahlawan dari Jember, Jawa Timur.

Ia adalah Komandan Brigade III Damarwulan, sebuah kesatuan militer yang membawahi sejumlah batalion di kawasan eks Karesidenan Besuki.

Setidaknya ada empat batalyon yang berada di pimpinan Letkol Sroeji: Yon 25 pimpinan Mayor Syafiuddin, Yon 26 pimpinan Mayor Magenda, Yon 27 pimpinan Letkol Abdul Rivai dan Yon Depo pimpinan Mayor Darsan Iru serta ditambah dua kompi Mobrig (Mobil Brigade) dan satu kompi (PM) Polisi Militer.

Dengan membawa 5000 pasukan, Letkol Sroedji hijrah dari Kediri dan Blitar menuju Jember dengan melalui Lodoyo, Binangun, Bantur, Sumber Manjing menerobos Tempursari hingga mencapai Lumajang bagian selatan Gunung Semeru.

Perjalanan dengan jalur tak biasa, melewati pegunungan dan hutan lebat itu merupakan taktik Sroedji agar pasukannya selamat hingga mencapai Jember, basis Brigade III Damarwulan.

Sroedji melakukan perjalanan hijrah ke kampung atas perintah dari Panglima Besar TNI Sudirman, setelah Belanda meluluhlantakan Yogyakarta yang saat itu merupakan ibukota Indonesia pada 19 Desember 1948.

Perintah Jenderal Sudirman kepada kesatuan-kesatuan tentara untuk hijrah  kembali lagi ke kampung halamannya dan mengadakan perlawanan semesta terhadap militer Belanda.

Sroedji merupakan musuh nomor satu bagi Belanda di wilayah Jember dan sekitarnya.

Selasa, 08 Februari 1949, seorang prajurit muda tiba-tiba datang dan tanpa mengindahkan etika militer lagi, menerobos masuk ruangan rapat para perwira Brigade III Damarwulan.

“Belanda datang, Pak!”

Mendengar kabar itu, Sroedji terdiam sejenak kemudian menyerukan pasukannya untuk mengadakan perlawanan.

Pasukan Sroedji menyambut kedatangan pasukan Belanda yang mengepung Karang Kedaung, Letkol. Sroedji berada di paling depan barisan pasukannya.

Dengan pistol di tangannya, Sroedji bergerak ke Palagan. Turut ikut dengannya yakni Letkol. dr. Soebandi, Residen Militer Besuki.

Dalam pertempuran itu, Sroedji terkena tembakan. Lalu ia bersuara;

“Kur! Saya kena,” teriak Sroedji memanggil pengawalnya bernama Abdul Syukur.

Abdul Syukur dan Letkol dr. Soebandi lantas memapah Sroedji menghindar ke tempat aman, tepatnya di sebuah parit.

Rupanya militer Belanda brutal, tak mengindahkan aturan perang, mereka menembaki Soebandi yang sedang melakukan pengobatan kepada Sroedji.

Peluru itu menghantam tubuh Soebandi dan akhirnya ia gugur lebih dulu.

Abdul Syukur bingung sekaligus sedih, dan berkata kepada Sroedji yang masih dalam keadaan luka parah;

“Pak! Pak Bandi gugur!” ucapnya kepada Sroedji.

Tak terima dengan kenyataan itu, Sroedji yang awalnya lemah tak berdaya dengan luka parah, langsung berdiri sambil menutupi luka di pundak kanannya, kemudian meminta pistol beserta pelurunya kepada Abdul Syukur.

Sroedji pun mengamuk, menembakkan peluru ke arah pasukan Belanda.

Bakero! dar dar darrrr

Bakero adalah umpatan orang-orang Jepang.

Sroedji yang tengah mengamuk, dikepung oleh satu kompi pasukan Belanda yang hendak menangkapnya hidup-hidup.

Alih-alih menyerahkan diri saat dikepung, Sroedji malah semakin beringas, ia menembaki para serdadu Belanda dan beberapa tewas.

Tak mau semakin banyak tentara Belanda  tewas, akhirnya satu orang tentara Belanda menembak Sroedji dan seketika itu roboh, namun tidak meninggal.

Dalam keadaan hidup dengan banyak luka di badannya, Sroedji dilarikan oleh tentara Belanda ke markasnya, namun dalam perjalanan Sroedji akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Gagal mendapatkan Sroedji dalam kondisi hidup, para tentara Belanda lantas membawanya ke halaman Hotel Jember.

Tentara Belanda itu mempertontonkan perilaku pengecut dengan mencongkel kedua bola mata Sroedji dan memotong tangannya di depan publik untuk membuat ketakutan kepada pribumi.

Kini, sosok kepahlawanan Sroedji diabadikan dalam bentuk patung Sroedji yang berdiri tegak di depan Kantor Pemkab Jember, sementara Soebandi dijadikan nama sebuah rumah sakit milik Pemkab Jember.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *