Features

Pasar Barongan Jombang, Tawarkan Sensasi Kuliner dan Keindahan Masa Lalu

57
×

Pasar Barongan Jombang, Tawarkan Sensasi Kuliner dan Keindahan Masa Lalu

Sebarkan artikel ini
Pasar Barongan
Pengunjung saat memadati lapak masakan jadul di Pasar Barongan Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang

BERITABANGSA.COM-JOMBANG – Ada pasar yang menawarkan aneka kuliner dan keindahan masa lalu di Jombang. Adalah Pasar Barongan Kali Gunting di Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung.

Berada di kawasan ini pada Sabtu (6/8/2022) pagi, terasa berada di zaman dahulu. Betapa tidak, pasar ini, menyediakan aneka kuliner, makanan dan minuman hingga kerajinan yang memadukan alam sekitar. Serba tradisional.

Pasar ini dibuka hanya 4 jam saja, sejak pukul 06.00 WIB dan ditutup pukul 10.00 WIB. Meski begitu, para pengunjung dari berbagai daerah tiada henti keluar masuk kawasan wisata yang baru digelar kali pertama di Jombang ini.

Suasana alami pedesaan begitu melekat. Sebab pasar ini dikelilingi banyaknya tanaman bambu nan rindant, yang berukuran besar.

Musik tradisional dengan lagu karawitan, yang dimainkan oleh sejumlah kaum muda di kota santri Jombang menambah aura kekunoan.

Setiap kali musik ditabuh, sebagian pengunjung yang berpakaian adat, ikut menari di tengah-tengah keramaian. Ya, tempat ini bisa jadi rekomendasi pengunjung untuk bernostalgia ke masa lampau dengan santai dan nyaman.

Pasar Barongan ini merupakan konsep kegiatan dari Universitas Kristen Petra Surabaya. Bersama mahasiswanya, wisata ini dikonsep dan digelar se unik dan menarik mungkin. Hal itu disampaikan Lintu Tulistiantoro, Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat Universitas Kristen Petra.

“Konsep ini untuk memperdayakan UMKM di desa ini. Tapi khusus pasar ini, kita lebih ke menghindari penggunaan plastik. Jadi serba memanfaatkan alam, seperti pakai daun dan sebagainya. Kalau makanan itu seperti tanpa pewarna dan lainnya. Jadi sudah diatur bagaimana menawarkan makanan dan minuman yang sehat,” ujarnya.

Dihiasi Ornamen Penuh Makna

Pasar Barongan
Pengunjung saat hendak membeli rempah-rempah di lapak yang berada di samping bambu dan sungai

Selain menyediakan aneka UMKM jadul, tiap sudut pasar ini juga dihiasi bangunan yang berhubungan dengan makna kehidupan. Seperti dibangun gazebo dengan atap yang terbuat dari sampah tumbuhan.

Pada pintu masuk didapati gerbang berbentuk segitiga yang mirip dengan tempat penyimpanan padi orang pegunungan dahulu. Bambu-bambu besar menjulang tinggi, menaungi pasar ini.

Suasana bertambah serius karena ada sungai yang alirannya bikin ingatan bernostalgia kehidupan di masa lalu.

Linto menyebut ada 19 lapak yang diterima untuk memasarkan produk usahanya. Mulai dari kopi dan minuman yang terbuat dari rempah-rempah, masakan tahun 90-an, tembikar Majapahit, tenun, batik alam, kreativitas kerajinan tangan, hingga manik-manik dan lain sebagainya.

Sementara nama Barongan, kata Linto diambil dari makna kawasan yang penuh dengan bambu. Bisa diartikan juga yakni kebun bambu. Dengan bambu itu kata Linto, bisa beradaptasi dengan cuaca di kawasan setempat.

“Kita mengistilahkan Barongan itu karena bambu ya. Kali Gunting itu sungai di sebelahnya. Jadi kita maunya itu menghadirkan suasana yang tidak dibuat-buat gitu, tapi natural. Sehingga orang orang itu merasakan meski kawasan ini dekat dengan kota, tapi berbeda gitu,” jelasnya saat ditemui di lokasi pasar ini.

Transaksi Pakai Bambu

Pasar Barongan
Proses transaksi pengunjung dengan memakai bambu

Uang kertas rupiah tak lagi dipakai di Pasar Barongan ini. Jika pengunjung hendak melakukan transaksi pembelian, diharuskan untuk mengganti uang rupiah dengan membeli bambu yang sudah disediakan oleh panitia setempat.

Mengetahui bambu tersebut, berbentuk persegi panjang. Setiap keping uang bambu yang disebut ‘pring’ bernilai Rp2.000 yang dapat ditukarkan di berbagai titik di dalam pasar.

“Bukan tidak dipakai, tapi harus ditukar dulu uangnya. Jadi tidak bisa menerima pembayaran menggunakan rupiah. Satu bilah bambu dihargai Rp 2.000. Range harga makanan dibawah Rp 10.000 sedangkan untuk craft harganya bervariasi,” katanya.

Disinggung menyoal harga masakan dan minuman setempat, diakui Linto memang berbeda. Ia menyebut harga masakan jadul di tiap titik lapak setempat lebih tinggi daripada yang biasanya.

“Kalau harga memang beda lah. Karena masakan dan minuman di sini, mengutamakan berbahan alam sekitar tanpa pengawet. Makanan sehat lah gitu pada intinya, ya kalau masih dibilang mahal, beli di pasar lain saja,” sontaknya sembari tertawa.

Sementara ini, agenda tersebut masih akan digelar dua hari saja. Untuk kedepannya, ia masih melakukan koordinasi lebih lanjut. Namun demikian, ia tetap mengupayakan bagaimana pasar dengan nuansa masa lampau ini terus berlanjut tiap bulannya.

“Sementara ini, adanya pasar ini dibuka menyesuaikan jadwal terlebih dahulu. Nanti kita upayakan bagaimana terus berlanjut ke-depannya. Tidak hanya itu, UMKM jadul nanti kami upayakan tak hanya dari desa ini saja, melainkan UMKM jadul di Kabupaten Jombang juga,” pungkasnya.

Bernostalgia di Pasar Barongan

Pasar Barongan
Pengunjung saat bernostalgia kehidupan masa lalu di Pasar Barongan Jombang

Pengunjung Pasar Barongan, tidak hanya didominasi dari warga Jombang maupun kaum muda. Pengunjung yang datang ke kawasan ini juga dari berbagai daerah, seperti rombongan dari Bogor dan Surabaya.

Datang ke Jombang, ia hanya ingin mengetahui dan bagaimana merasakan ketika berada di tengah-tengah pasar bernuansa masa lalu ini. Tak sekadar datang, mereka tiba di lokasi ini dengan berpakaian serba-serbi tradisional. Seperti batik dan baju adat.

Salah satu pengunjung setempat, Agustin Polanah (50) mengaku senang dan nyaman begitu tiba di lokasi tujuan. Warga asal Bogor ini turut mengapresiasi konsep panitia dalam menyelenggarakan pasar ini, sebabnya dinilai mengangkat UMKM tahun 90 an.

“Sangat luar biasa, tidak sia-sia saya datang dari Bogor ke Jombang. Karena selain mengangkat UMKM jajanan jaman dulu, di sini tidak ada penggunaan kantong plastik. Jadi saya suka itu,” bebernya saat ditemui awak media.

Tak sampai di situ, Agustin mengatakan konsep keberadaan Pasar Barongan ini sudah memulai untuk menghijaukan bumi. Bahkan dinilai mudah ketika mau berbelanja dan nyaman dengan suasana di bawah rindangnya bambu-bambu besar.

“Belanjanya enak, tidak usah kembalian. Suasananya nyaman, adem ayem. Lingkungannya bersih, ada musik tradisional juga, makanannya enak-enak. Jadi saya support deh, kalau ini jadi festival setiap bulan atau tiap tahun,” imbuhnya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *