BERITABANGSA.ID, SURABAYA – Dalam rangka menyongsong Tahun Baru 1447 Hijriah, Masjid Al Haq Surabaya kembali menggelar kajian subuh yang rutin dilaksanakan setiap akhir pekan keempat.
Pada edisi Minggu, (22/6/2025), kajian mengangkat tema yang cukup menggelitik “Islam yang Dibonsai.” Tema ini menjadi ajakan reflektif bagi umat Islam untuk meninjau kembali pemahaman mereka terhadap ajaran agama.
Ustaz Agus Mustofa, selaku narasumber, menyampaikan bahwa Islam saat ini tengah mengalami gejala pembonsaian, yakni proses pengecilan atau penyempitan makna yang membuat ajaran Islam tidak lagi dipahami secara utuh.
Menurutnya, umat Islam sejatinya telah dirancang oleh Allah sebagai umat terbaik, yang seharusnya mengarahkan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan dan membawa kebaikan bagi semesta.
Mengulas sejarah peradaban Islam, Agus Mustofa menyoroti kejayaan umat Islam dalam 700 tahun pertama sejak diturunkannya risalah kenabian.
Periode ini mencakup era Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah. Saat itu, Islam berkembang pesat dalam ilmu pengetahuan dan peradaban, melahirkan tokoh-tokoh besar dalam berbagai disiplin keilmuan.
Di bidang fikih, muncul imam mazhab seperti Imam Hanafi, Malik, Syafi’i, dan Hambali. Dalam kedokteran, tercatat nama-nama besar seperti Ibnu Sina, Ar-Razi, dan Ibnu An-Nafis.
Sementara dalam astronomi dan fisika, lahir tokoh-tokoh seperti Al-Biruni, Ibnu Al-Haytham, Ibnu Al-Shatir, dan Al-Fargani.
Dunia Islam saat itu menjadi pusat rujukan ilmu dan peradaban global.
Namun, menurutnya, kejayaan tersebut mulai merosot pada 700 tahun berikutnya, yakni sejak abad ke-14 hingga kini.
Salah satu penyebab utama kemunduran tersebut adalah perpecahan internal umat, terutama akibat konflik politik dan munculnya berbagai aliran yang mengedepankan perbedaan.
Selain itu, faktor eksternal turut memperparah keterpurukan umat Islam.
Agus Mustofa menilai bahwa salah satu akar krisis terletak pada kesalahan dalam memahami agama secara dangkal dan simbolik.
Al-Quran hanya dijadikan objek hafalan, bukan sebagai pedoman hidup yang dipahami secara mendalam dan diterapkan secara menyeluruh.