BERITABANGSA.ID, JOMBANG – Suwadi, pegiat seni Jombang, kelahiran 1963 ini menangis di hadapan Sumrambah – Wakil Bupati Jombang 2018-2023 – di acara sarasehan bertajuk ngaji budaya, Sabtu (8/3/2025) malam
Suwadi asal Diwek ini, tak kuasa menahan derai air mata membasahi pipinya, saat dia menceritakan kondisi matinya budaya tradisional Jombang selama ini.
Kendati hujan, dan basah kuyup, tak menyurutkan langkah Cak Suwadi menghadiri undangan sarasehan budaya anggota Komisi B Wiwin Surambah, bersama istrinya Sulifa.
Dia pun mulai baper saat mengisahkan kondisi saat ini yang sudah sulit menemui seni tradisional semisal ludruk, besutan dan lainnya.
“Saya itu kangen betul dengan kesenian lokal budaya tradisional Jombang. Seperti ludruk, besutan dan tradisi lain yang dulunya ada dan sekarang justru sudah tenggelam,” uca Cak Suwadi sambil memeluk Sumrambah, Wabup Jombang yang mewakili Wiwin Sumrambah.
Kata Cak Suwadi, terakhir dia melihat pertunjukan besutan di Jombang pada awal 2024.
Sembari memegang pundak Sumrambah, Suwadi menitipkan pesan, tradisi budaya dan kesenian di Jombang butuh kembali dilestarikan.
“Kesenian ludruk itu jika diresapi bisa bikin hati senang dan tenang. Sekarang sudah sulit cari pageladan ludruk, sekarang beralih ke sound, orkes dan lain-lain,” tandas Suwadi sambil menjabat tangan.
Mendengar itu, Sumrambah, menunjukkan empatinya yakni berjanji akan berupaya berkontribusi untuk mempertahankan budaya tradisional.
“Siap, saya akan berjuang bersama. Akan saya sampaikan Bu Dewan, Wiwin Sumrambah, agar bisa membantu menghidupkan kembali tradisi budaya di Jombang. Kalau tidak bisa dibantu dari gedung parlemen, saya akan minta Ibu Wiwin bersinergi dengan dinas terkait,” kata Sumrambah.
Tak hanya itu, Sumrambah juga berinisiatif ingin menghidupkan kembali tradisi Jawa di dunia pertanian. Seperti tradisi Pranoto Mongso, kalender petani Jawa menjawab soal anomali musim.
“Kita ingin tradisi adat Jawa di pertanian, hingga acara perkawinan tidak hilang. Tradisi itu jadi petunjuk, dan banyak makna di dalamnya. Kalau di pertanian, ada tradisi minta maaf ke danyang sawah untuk membantu petani dari hama celeng,” bebernya.
Namun, usaha mempertahankan budaya tradisional di Jombang tak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah saja, namun dia mengusulkan agar budaya lokal masuk muatan lokal melalui ekstrakurikuler.
“Seperti di Manduro, Kabuh, sudah ada ekstrakurikuler tari sandur. Coba bagaimana agar budaya Jawa ini bisa jadi pelajaran di sekolah. Nanti kita usahakan bersama agar budaya di Jombang tetap bertahan dan lestari,” pungkasnya.
Sekadar diketahui di sarasehan Wiwin Sumrambah ini, hadir ratusan warga. Tema acara adalah perkuat karakter masyarakat melalui ngaji budaya.
Ada dua narasumber andal, baik sastrawan atau budayawan Jombang hadir yakni: Imam Ghozali dan Nanda Sukmana.