Opini

Jatuh Bangun Raih Kekuasaan, Kisah Inspiratif Prabowo Subianto (Bagian-1)

39
×

Jatuh Bangun Raih Kekuasaan, Kisah Inspiratif Prabowo Subianto (Bagian-1)

Sebarkan artikel ini
Prabowo Subianto

Oleh: Moch Eksan (*)

Presiden Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951. Ia putra ketiga dari keluarga terpelajar Jawa dan Minahasa. Bapaknya, Soemitro Djojohadikusumo. Dan Ibunya, Dora Marie Sigar. Pernikahan lintas etnis dan agama ini dipertemukan waktu sama-sama kuliah di Belanda pada era sebelum kemerdekaan.

Soemitro dan Dora adalah putra putri Indonesia yang beruntung bisa menikmati pendidikan tinggi. Mereka belajar di Negeri Kincir Angin pada kisaran 1935-1947. Soemitro mahasiswa ekonomi. Sedangkan Dora mahasiswa keperawatan.

Pasangan Islam dan Protestan ini menikah pada 1947. Dan, dikarunia empat anak. Masing-masing 2 perempuan dan 2 laki. Mereka Biantiningsih Miderawati Djiwandono, Miarjani Ekawati Lemaistre, Prabowo Subianto dan Hasyim Djojohadikusumo.

Prabowo kecil tinggal di daerah Matraman Jakarta Timur sejak lahir sampai usia 7 tahun. Waktu itu kakeknya, RM Margono Djojohadikusumo menjadi Direktur Utama Bank Nasional Indonesia (BNI) ’46. Dan, ayahnya sedang menjadi menteri perdagangan pada Kabinet Muhammad Natsir (1950-1951), kemudian menjadi menteri keuangan pada Kabinet Wilopo (1952-1953) dan Burhanuddin Harahap (1955-1956) di era Presiden Soekarno.

Sebagai anak pejabat negara, masa kanak-kanak Prabowo hidup serba kecukupan. Kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal lebih dari cukup dan samgat layak dibandingkan kebanyakan keluarga Indonesia.

Prabowo tumbuh sebagai anak yang berani, tegas, wibawa dan lucu, seperti weton kelahirannya Rabu Pon yang berneptu 14. Selain neptu ini punya perwatakan mudah marah, nekad dan tak mudah menyerah. Ternyata Primbon Jawa ini, sesuai dengan sifat keseharian Prabowo.

Namun, Prabowo kecil hidup di zona aman ini tak berlangsung lama. Sampai ayahnya terlibat dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumetara Barat pada 1958. Gerakan ini dianggap makar oleh Presiden Soekarno.

Akibatmya, Prabowo kecil ikut ayahnya dalam pelarian sampai keluar negeri. Keluarga ini pindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, ayahnya sampai bekerja sebagai konsultan ekonomi di Singapura.

Mereka tak lama tinggal di negara Singa Putih lantaran kondisi politik Indonesia-Singapura dibawah bayang-bayang komunisme global hingga mengharuskan migrasi ke Hongkong. Prabowo kecil juga ikut diboyong beserta ibu dan saudara-saudarannya.

Di negara ini, Prabowo kecil melanjutkan sekolah internasional, Glenealy Junior School Hongkong (1960-1962), setelah sebelumnya sekolah di The Dean School Singapura (1957-1960).

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60