BERITABANGSA.ID, SURABAYA – Savitri Zuhilda, bidan muda, baru saja diambil sumpahnya di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
Perjalanannya menuju profesi ini tidaklah sederhana. Tidak pernah terlintas baginya menjadi bidan. Dia justru ingin mengejar pendidikan di bidang teknologi pangan.
Namun, dorongan orang tua, terutama ibunya yang juga bidan, mengubah arah hidupnya.
“Saya sempat ragu dan tidak terlalu tertarik, tetapi saya menjalani perkuliahan dengan dedikasi maksimal,” kenang Savitri.
Momen krusial terjadi saat ia menjalani praktik lapangan dan terlibat langsung dalam proses persalinan.
“Perasaan bangga bisa membantu seorang ibu melahirkan dan melihat bayi yang selamat membuat saya mencintai profesi ini,” ungkapnya.
Savitri lulus dengan IPK 4.00, dan seiring waktu, ia mulai menumbuhkan cinta dan rasa tanggung jawab terhadap profesinya.
Sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, ia memutuskan untuk merantau dari Bima, Nusa Tenggara Barat, ke Surabaya demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Ia menyadari bahwa kondisi penanganan ibu dan bayi di daerah asalnya masih memerlukan perhatian serius.
“Bidan di Bima cukup banyak, tetapi penanganan untuk persoalan ibu dan bayi masih kurang. Saya ingin membawa pengalaman dan wawasan yang saya peroleh di Surabaya kembali ke Bima untuk meningkatkan pelayanan,” tegasnya.
Setelah diambil sumpah sebagai bidan, Savitri siap mengabdikan diri dalam dunia kesehatan.
Ia berharap dapat membantu lebih banyak perempuan dalam proses persalinan dan berkontribusi dalam peningkatan kesehatan ibu dan bayi di daerah asalnya.
“Saya sangat bersyukur orang tua mendorong saya ke arah yang benar,” tutupnya.
Kisah Savitri Zuhilda menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa yang sedang mencari panggilan hidup mereka.
Melalui dedikasi dan pengalaman, Savitri membuktikan bahwa terkadang, jalan hidup yang tidak terduga bisa membawa kita pada tujuan yang lebih bermakna.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
