BERITABANGSA.ID, MALANG – Jawa Timur bersiap menorehkan babak baru dalam industri pariwisata nasional, dan memimpin pengembangan halal tourism atau wisata halal di Indonesia.
Untuk itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur menggelar pelatihan dan sertifikasi halal tourism bagi pelaku usaha pariwisata pada 24–25 Juni 2025 di Tychi Hotel, Kota Malang.
Langkah ini menegaskan keseriusan Jawa Timur untuk tampil sebagai pelopor wisata yang ramah, inklusif, dan bernilai religius.
Kegiatan dibuka oleh Hariyanto, Kepala Bidang Pengembangan SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dalam sambutannya, dia menekankan pentingnya halal tourism sebagai daya saing baru bagi Jawa Timur.
“Wisata halal bukan sekadar label, tapi strategi besar untuk menjadikan Jawa Timur unggul dalam layanan wisata yang beretika dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Di kesempatan ini hadir narasumber utama Muhammad Sholeh, Ketua Halal Center Cendekia Muslim (HCCM) Jawa Timur, memberi materi sertifikasi halal, skema self declare, metode sederhana dan standar bagi usaha kuliner, penginapan, biro perjalanan, dan pengelola destinasi.
Materi ini menjadi jembatan penting antara regulasi pemerintah, kebutuhan pasar wisatawan Muslim, dan kesiapan pelaku usaha di lapangan.
Sehingga, siapa pun pelaku UMKM-nya dapat ikut serta membangun industri wisata halal yang kuat.
Dasar hukum pengembangan wisata halal ini yakni UU nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal (JPH), PP nomor 42 tahun 2024 tentang penyelenggaraan JPH, ada UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Perpres nomor 3 tahun 2022 tentang percepatan pengembangan destinasi pariwisata super prioritas.
Semua regulasi ini, kata Sholeh, akan memperkuat posisi wisata halal sebagai bagian integral dari pembangunan pariwisata nasional yang mengedepankan nilai keagamaan, budaya, dan kearifan lokal.
Salah satu peserta, penyuluh agama Islam dan pendamping PPH mengaku, “sertifikasi halal bukan sekadar teknis administratif. Ini bagian dari dakwah modern, yang menyentuh langsung dunia usaha. Kita tanamkan nilai keberkahan, kejujuran, dan keberdayaan dalam sektor pariwisata.”
Baik dari BPJPH RI, Disbudpar Jatim, Kementerian Agama, dan HCCM menunjukkan sinergi nyata. Ketiganya hadir sebagai penyelenggara, dan penggerak perubahan positif.
Jawa Timur tak ingin hanya menjadi penonton dalam pertumbuhan industri pariwisata namun dengan pendekatan kolaboratif, edukatif, dan inklusif, provinsi ini optimis menjadi kiblat halal tourism nasional bahkan internasional.
“Bagi para pelaku usaha pariwisata yang ingin mengikuti proses sertifikasi halal, dapat langsung menghubungi HCCM di masing-masing kabupaten/kota. Karena dari sinilah, gerbang baru wisata Indonesia yang berkualitas dan penuh keberkahan sedang dibuka,” pungkas Cak Sholeh.
Halal tourism bukan hanya soal sertifikasi. Ini adalah upaya membangun pariwisata yang aman, nyaman, dan berprinsip—untuk semua, dari Jawa Timur untuk Indonesia dan dunia.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id