Esensi Islam yang mengajarkan persatuan, akhlak, dan ilmu pengetahuan menjadi kabur dalam praktik kehidupan umat.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya reformulasi pendidikan Islam. Pendidikan harus dikembalikan kepada landasan Al-Quran sebagai sumber utama ajaran, dengan pendekatan yang mengedepankan akal sehat dan keilmuan.
Islam, menurutnya, adalah agama yang sangat menghargai akal sebagai instrumen memahami wahyu dan membentuk perilaku yang berbasis pengetahuan.
Ia menyadari bahwa upaya ini bukan perkara mudah. Namun, dengan membangun kembali kesadaran dari individu hingga keluarga, terutama dalam mendidik generasi sejak dini, masa keemasan Islam bukanlah hal mustahil untuk diraih kembali.
Pendidikan yang baik, berbasis pemahaman, bukan sekadar doktrin, akan membentuk akumulasi kualitas dalam tubuh umat Islam.
Di era digitalisasi yang penuh disrupsi, Agus Mustofa mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua terhadap pola asuh anak.

Banyak anak saat ini lebih banyak dididik oleh perangkat digital daripada oleh keluarga.
Menurutnya, kontrol orang tua terhadap konsumsi informasi digital anak harus dilakukan bukan dengan cara represif, melainkan dengan pendekatan dialogis dan rasional.
“Pemahaman agama harus disampaikan melalui diskusi dan kajian yang melibatkan akal sehat. Jika nilai-nilai Islam diajarkan dengan pendekatan yang mencerahkan, maka ajaran tersebut akan tertanam kuat dalam jiwa anak-anak,” ujarnya.
Agus Mustofa juga menyoroti bahaya dari kebenaran semu yang dibentuk oleh pengulangan informasi yang keliru.
Di era informasi saat ini, banyak hal yang semula salah dapat terlihat benar karena terus-menerus diulang. Oleh karena itu, generasi masa kini dan mendatang harus dibekali kemampuan berpikir kritis dan nilai-nilai Qurani yang kuat.
Di akhir kajian, ia mengajak seluruh umat Islam untuk kembali menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama, tidak hanya dalam aspek ibadah, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang adil, cerdas, dan beradab.
Dengan cara ini, umat Islam diharapkan mampu bangkit dari keterpurukan dan kembali memainkan peran strategis dalam peradaban dunia.
Di akhir ia menambahkan, kajian ini menjadi pengingat bahwa kebangkitan Islam tidak akan datang dari luar, tetapi harus dimulai dari perubahan dalam diri dan keluarga, melalui pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur Islam yang rasional dan transformatif.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.