Terkini

Umar Patek, Dari Teror Menuju Aroma Damai

19
×

Umar Patek, Dari Teror Menuju Aroma Damai

Sebarkan artikel ini
Umar Patek
Umar Patek dan Varian Kopi Ramu 1966. (Foto: Mwd, Beritabangsa.id).

Simbolisme sederhana ini membawa makna mendalam, dulu ia meramu bahan peledak, kini ia meramu rasa, aroma, dan harapan.

Dalam peluncuran produk tersebut, Umar menyampaikan pesan reflektif, “Dulu aku dikenal karena hal yang menyakitkan dunia. Tapi kini, aku memilih jalan lain. Meramu rasa, menyeduh damai.”

David Andreasmito menegaskan bahwa kolaborasi ini bukan sekadar strategi bisnis, tetapi juga bentuk dukungan terhadap proses reintegrasi sosial bagi mantan narapidana.

Ia menyebut Ramu 1966 sebagai karya yang lahir dari keberanian untuk berubah dan tekad untuk berkontribusi kembali kepada masyarakat.

Bagi Umar Patek, kopi bukan hanya media baru untuk bertahan hidup, melainkan cara untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan masa lalunya.

Foto bersama sejumlah tokoh besar usai acara launching Kopi Ramu 1966 By Umar Patek. (Foto: Mwd, Beritabangsa.id).

Ia tidak pernah menyangkal sejarah kelamnya.

Justru, melalui kopi, ia ingin menunjukkan bahwa perubahan adalah keniscayaan bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh ingin menebus kesalahan.

“Kalau dulu pahit itu menghancurkan, sekarang pahit ini menyembuhkan,” ucapnya, menyiratkan bahwa kenikmatan dan pengampunan bisa tumbuh bahkan dari kepahitan terdalam.

Saat ini, Ramu 1966 dipasarkan perdana di Hedon Estate, namun Umar Patek tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan usahanya lebih luas, bahkan ke luar negeri.

Ia berharap kopi ini tidak hanya dikenal karena rasanya yang khas, tetapi juga karena pesan damai yang dikandungnya.

Transformasi Umar Patek memantik perbincangan yang tak terhindarkan, haruskah masyarakat memberi ruang kedua bagi seseorang dengan masa lalu seberat itu? Ia sendiri memahami bahwa skeptisisme akan selalu ada.

Namun, di tengah narasi penuh luka yang pernah ia torehkan, kini ia mencoba menulis bab baru, tentang secangkir kopi, tentang harapan, tentang manusia yang memilih bangkit.

Masyarakat berhak untuk mengingat dan waspada. Namun pada saat yang sama, memberi ruang bagi perubahan juga adalah bentuk kematangan kolektif.

Ramu 1966 tidak hanya menyajikan kopi, tetapi juga membuka ruang dialog tentang pengampunan, pertobatan, dan kemungkinan untuk kembali menjadi manusia seutuhnya.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60