BERITABANGSA.ID, JOMBANG – Supplier kedelai dan perajin tahu di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang, turut terjepit kebijakan tarif baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Selain sulitnya mendapat kedelai impor akibat pembatasan, kini harganya juga mengalami kenaikan.
Kendati demikian pada Selasa (22/4/2025) siang, di sentrra kampung produksi tahu ini asap-asap dari mesin pengolahan masih mengepul. Artinya, para perajin tahu di kampung ini masih produksi.
Muhammad Alfian Zulkifli merupakan salah satu supplier kedelai impor, menjelaskan pembatasan dan kenaikan harga kedelai impor dirasakan sejak dua pekan lalu.
“Sejak pasca lebaran itu, sulit untuk mendapatkan stok lebih kedelai impor, soalnya ada pembatasan. Dan harganya mengalami kenaikan, dari sebelumnya 8.500 perkilogramnya, sekarang naik jadi 9.500. Iya mungkin salah satu pengaruhnya dari kebijakan tarif baru dari Pemerintah Amerika Serikat itu,” ujarnya.
Sementara Subkhi, perajin tahu di Desa Mayangan, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang ini mengatakan karena harga kedelai tambah mahal, pihaknya mengurangi keuntungan dibandingkan harus menaikkan harga atau memperkecil ukuran.
“Sebab, jikalau memperkecil ukuran tahu atau menaikkan harga, akibatnya ya kita kehilangan pelanggan,” jelasnya.
Dia membenarkan kondisi ini akibat kebijakan tarif baru dari Presiden Amerika Trump. “Jadi kami harus putar otak untuk menyiasatinya,” katanya.
Guna memenuhi kebutuhan pelanggan setiap harinya, dia membutuhkaan satu ton kedelai impor.
“Melihat seperti ini, kami memohon agar pemerintah segera mengatasi masalah kedelai impor agar ada keberlangsungan produksi tahu,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id