Opini

Catatan Atas Penolakan Bulog Menyerap Gabah Petani

41
×

Catatan Atas Penolakan Bulog Menyerap Gabah Petani

Sebarkan artikel ini
Gabah
Ilustrasi

Tetapi bisa langsung dari GKP yang diproses menjadi gabah kering sekitar kadar air 15% langsung menjadi beras standar kadar air 14%. Semakin cepat penyerapan beras oleh BULOG semakin cepat penyerapan gabah dari mitra ke petani. Dengan demikian harga gabah juga akan lebih terangkat.

Dengan infrastruktur BULOG saat ini dan ketersediaan dryer milik penggilingan, menyerap beras lebih cepat dari menyerap gabah. Mitra BULOG lebih cepat mengolah gabah langsung ke beras.

Ketika BULOG menyerap beras dengan cepat, mitra pengadaan akan menyerap gabah petani lebih cepat. Harga gabah lebih terjaga karena suplai gabah saat panen bisa langsung terserap pasar yang dihasilkan dari serapan beras BULOG. Meskipun margin kecil, jika perputaran stok cepat pelaku usaha tetap untung.

Masalahnya, harga pembelian beras di BULOG sebesar Rp12.000/kg tidak menarik bagi penggilingan. Menjual beras dengan harga sebesar itu dengan HPP Rp6.500/kg GKP dan rendemen sekitar 50-an persen hampir dipastikan merugi.

Inilah alasan mengapa pengadaan BULOG berbentuk beras saat ini rendah. Mayoritas berwujud gabah. Karena BULOG tidak memiliki jejaring hingga ke petani di berbagai daerah, penyerapan gabah dilakukan melalui mitra penggilingan padi dengan sistem maklon atau jual jasa.

Caranya, penggilingan (terutama yang tergabung di Perpadi) membeli gabah petani Rp6.500/kg, ongkos kirim ke penggilingan Rp200/kg, gabah dikeringkan lalu digiling jadi beras. Dengan jasa maklon Rp700/kg dan rendemen 50%, harga beras mencapai Rp14.800/kg. Itu pun belum tentu bisa memenuhi kualitas derajat sosoh 100%, dan maksimal kadar air, butir patah dan menir masing-masing sebesar 14%, 25% dan 2%.

Ada perbedaan harga beras sekitar Rp2.800/kg, bahkan bisa lebih, antara penyerapan gabah melalui maklon dan penyerapan beras. Bagaimana BULOG mempertanggungjawabkan hal ini? Bisa saja ini disiasati dengan membuat berita acara dalam setiap transaksi sebagai bagian prinsip akuntabilitas.

Akan tetapi, selain rumit bagi BULOG, ini juga tetap membuka perilaku moral hazard. Bagaimana memastikan tidak ada karyawan BULOG yang masuk penjara jika di kemudian hari masalah ini dipersoalkan dari sisi hukum?

Jika pun segala sesuatunya tidak ada masalah, ada konsekuensi yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk harga beras yang lebih mahal karena pengadaan lewat penyerapan gabah. Katakanlah pengadaan beras tercapai separuh dari target 3 juta ton dan 80% berasal dari penyerapan gabah berarti perlu tambahan duit Rp3,36 triliun (1,2 juta ton beras x Rp2.800/kg).

Sebaliknya, kalau harga pembelian beras di gudang BULOG dinaikkan dari Rp12.000/kg jadi Rp13.000/kg hanya perlu tambahan dana Rp1,2 triliun (1,2 juta ton beras x Rp1.000/kg). Ada perbedaan Rp2,16 triliun.

Kebijakan mewajibkan membeli gabah petani Rp6.500/kg apapun kualitasnya tentu menguntungkan petani. Tetapi kebijakan ini menyulitkan penggilingan, pedagang beras, dan BULOG. Apalagi, sampai saat ini harga eceran tertinggi (HET) beras juga belum ada tanda-tanda disesuaikan.

Gabah adalah input atau bahan baku beras. Kalau HPP gabah dinaikkan berarti ongkos bahan baku membuat beras menjadi naik. Karena itu amat tidak masuk akal HET beras tidak disesuaikan ketika HPP gabah naik.

Agar situasi tidak semakin memburuk seiring puncak panen, perlu segera langkah koreksi kebijakan. Apa saja? Pembelian gabah dengan HPP harus kembali dilengkapi syarat kualitas, juga ada rafaksi harga gabah. Harga pembelian beras di BULOG juga harus disesuaikan, setidaknya menjadi Rp13.000/kg. Dengan cara ini harapannya BULOG bisa memenuhi target penyerapan setidaknya setengah dari target 3 juta ton beras.

Terakhir, pemerintah juga perlu menyesuaikan HET beras yang berlaku saat ini. Dengan aneka koreksi kebijakan ini, diharapkan masalah penyerapan di lapangan segera mendapatkan jalan keluar. Dalam jangka menengah, perlu segera dibangun dryer yang memadai sekaligus merevitalisasi penggilingan padi kecil lengkap dengan dryer-nya.

Bekasi, 22 Maret 2025

Referensi:

– https://portaljtv.com/news/petani-nganjuk-kecewa-bulog-tolak-beli-gabah-hasil-panen?biro=portal-jtv

– https://www.tvonenews.com/daerah/jatim/312232-petani-padi-di-nganjuk-kecewa-bulog-tak-mau-beli-gabah-hasil-panen?page=2

– https://banjarmasin.tribunnews.com/2025/03/19/polemik-pencopotan-kepala-bulog-kalsel-pegawai-penyerapan-gabah-sudah-dilakukan

– https://mediaindonesia.com/nusantara/753474/tidak-optimal-serap-gabah-kepala-kanwil-bulog-kalsel-dicopot

– https://regional.kompas.com/read/2025/03/19/131651478/mentan-amran-saya-kecewa-petani-tunggu-di-sawah-bulog-malah-di-gudang

(*) Penulis adalah mantan wartawan Gatra

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60