Opini

Strategis Tapi Kok Pailit

20
×

Strategis Tapi Kok Pailit

Sebarkan artikel ini
Strategis

Contoh Kasus Pailit dan Peran Heroik Pemerintah

Dari penjelasan wangsit teoritis dan celoteh orang dari warung kopi diatas, kita sampai pada kesimpulan sementara: bahwa kesulitan pemerintah mencerminkan kompleksitas antara kepatuhan hukum, keterbatasan fiskal, tekanan global, dan tanggung jawab sosial. Solusi yang dimungkinkan bisa mencakup fasilitasi negosiasi kreditur, insentif tidak langsung (pelatihan tenaga kerja, perbaikan iklim investasi), atau kolaborasi dengan pihak swasta untuk akuisisi/merger, alih-alih bailout langsung.

Tetapi…..adakah contoh kasus di dunia, dimana industri strategis diselamatkan oleh pemerintah atau negara? Ya, ternyata memang ada beberapa contoh kasus di dunia di mana pemerintah berhasil membantu perusahaan swasta besar (strategis) yang pailit atau hampir kolaps untuk kembali beroperasi. Intervensi ini biasanya dilakukan karena perusahaan tersebut dianggap memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional, seperti menyelamatkan lapangan kerja, menjaga stabilitas sektor industri, atau mencegah efek domino ke perusahaan lain.

Berikut beberapa contohnya:
a) General Motors (AS) – 2009
a. Latar Belakang: GM, raksasa otomotif AS, bangkrut selama krisis finansial 2008-2009 karena utang besar, biaya produksi tinggi, dan penurunan penjualan. Perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 200.000 orang secara global.
b. Intervensi Pemerintah: Pemerintah AS memberikan bailout senilai $49,5 miliar dalam bentuk pinjaman dan akuisisi saham.
c. GM menjalani restrukturisasi radikal: menutup merek tidak menguntungkan (seperti Hummer), mengurangi kapasitas pabrik, dan memangkas tenaga kerja.
d. Pemerintah AS menjadi pemegang saham mayoritas (60,8%) sementara, lalu melepas saham secara bertahap setelah GM pulih.
e. Hasil: GM kembali profitabel pada 2010 dan masih menjadi salah satu produsen mobil terbesar di dunia.
b) Japan Airlines (JAL) – 2010
a. Latar Belakang: JAL, maskapai nasional Jepang, bangkrut pada 2010 dengan utang $25 miliar akibat manajemen buruk, biaya operasional tinggi, dan persaingan ketat.
b. Intervensi Pemerintah: Pemerintah Jepang melalui **Enterprise Turnaround Initiative Corporation of Japan (ETIC) memberikan pinjaman darurat dan restrukturisasi utang.
c. JAL memangkas rute tidak menguntungkan, mengurangi 16.000 pekerjaan, dan melakukan privatisasi sementara.
d. Pemerintah juga memfasilitasi aliansi dengan American Airlines untuk meningkatkan efisiensi.
e. Hasil: JAL keluar dari kepailitan dalam 2 tahun, kembali ke Bursa Saham Tokyo pada 2012, dan menjadi salah satu maskapai paling profitabel di dunia.
c) Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (Korea Selatan) – 2016
a. Latar Belakang: Perusahaan galangan kapal terbesar kedua di Korea Selatan ini hampir bangkrut karena kerugian $3,5 miliar akibat penurunan permintaan global dan manajemen risiko yang buruk.
b. Intervensi Pemerintah: Pemerintah Korea Selatan melalui bank-bank pemerintah (KEXIM, KDB) menyuntikkan dana $2,6 miliar dan merestrukturisasi utang.
c. Dilakukan pemotongan gaji karyawan, penjualan aset non-inti, dan reorganisasi bisnis.
d. Hasil: Perusahaan kembali beroperasi penuh pada 2018 dan kini menjadi pemain kunci di industri kapal LNG.
d) Alitalia (Italia) – 2017, 2020
a. Latar Belakang: Maskapai nasional Italia ini bangkrut dua kali (2017 dan 2020) karena utang menumpuk dan persaingan ketat.
b. Intervensi Pemerintah: Pemerintah Italia memberikan pinjaman darurat €900 juta pada 2017 dan €3 miliar pada 2020 untuk menjaga operasional.
c. Pada 2021, pemerintah mendorong pembentukan maskapai baru (ITA Airways) sebagai penerus Alitalia, dengan modal awal €1,35 miliar.
d. Hasil: Meski Alitalia akhirnya ditutup, intervensi pemerintah mencegah kehancuran total sektor penerbangan Italia dan menyelamatkan ribuan pekerjaan.
e) Malaysia Airlines (Malaysia) – 2014–2020
a. Latar Belakang: Maskapai ini mengalami kerugian besar setelah tragedi MH370 dan MH17, ditambah persaingan dari maskapai low-cost.
b. Intervensi Pemerintah: Pemerintah Malaysia melalui Khazanah Nasional (dana kekayaan negara) mengambil alih perusahaan dengan suntikan dana $1,4 miliar.
c. Dilakukan restrukturisasi: pemotongan 6.000 pekerjaan, penutupan rute tidak menguntungkan, dan fokus pada rute internasional.
d. Hasil: Maskapai bertahan meski belum sepenuhnya pulih, dengan rencana revitalisasi jangka panjang.
f) Bank-Bank Swasta AS & Eropa – Krisis 2008
a. Citigroup (AS): Pemerintah AS menyuntikkan $45 miliar melalui program TARP (Troubled Asset Relief Program) dan mengambil saham sementara.
b. Royal Bank of Scotland (RBS) (UK): Pemerintah Inggris mengambil alih 84% saham RBS dengan bailout £45 miliar.
c. Hasil: Sebagian besar bank kembali stabil setelah restrukturisasi, meski beberapa (seperti RBS) masih di bawah kontrol pemerintah selama bertahun-tahun.

Faktor Kunci Keberhasilan Intervensi Pemerintah

Ada beberapa faktor kunci yang mendukung keberhasilan intervensi pemerintah:
1. Restrukturisasi Utang yang Komprehensif: Negosiasi dengan kreditur untuk haircut (pemotongan utang) atau penjadwalan ulang.
2. Reformasi Manajemen: Mengganti tim manajemen lama dengan profesional baru untuk meningkatkan tata kelola.
3. Dukungan Modal dan Insentif: Suntikan modal sementara, jaminan pinjaman, atau insentif pajak.
4. Penyesuaian Operasional: Menutup divisi rugi, mengurangi biaya, dan fokus pada bisnis inti.
5. Perlindungan Lapangan Kerja: Menjaga pekerja kunci sambil melakukan rasionalisasi tenaga kerja secara bertahap.
6. Kemitraan Swasta-Pemerintah: Kolaborasi dengan investor swasta atau perusahaan lain untuk akuisisi atau merger.
Dengan catatan, faktor kunci bisa berhasil kalau pemerintahnya serius, dan birokrasi dan sistem politik kekuasasan “tidak gelap” (Kata orang dari warung kopi: he he he … senggol dikit …joss)

Resiko dan Kritik

Upaya pemerintah melakukan intervensi terhadap perusahaan strategis yang collaps memang mempunyai resiko dan kritik:
a) Moral Hazard: Perusahaan mungkin mengulangi kesalahan jika merasa akan diselamatkan pemerintah.
b) Beban Fiskal: Bailout besar bisa membebani anggaran negara dan memicu protes publik (Kata orang dari warung kopi: “ Yeee…kan bisa pakai yang kate Opung 250T tidak tepat sasaran…)
c) Distorsi Pasar: Bantuan ke perusahaan tertentu dianggap tidak adil oleh kompetitor. (Kata orang dari warung kopi: “ Bro, ini perusahaan strategis. Right or wrong my country! Ndasmu!”)

Kesimpulan

Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa intervensi pemerintah bisa berhasil jika disertai restrukturisasi radikal, transparansi, dan komitmen untuk memperbaiki tata kelola perusahaan. Namun, keberhasilan sangat tergantung pada skala kepentingan strategis perusahaan, kemampuan negosiasi dengan kreditur, dan dukungan politik yang kuat. Untuk kasus Sritex, pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan model serupa dengan memastikan restrukturisasi utang, efisiensi operasional, dan kemitraan strategis (Kata orang dari warung kopi: “ Yee udah telaaat!”)

Epiloog

Saya pun akhirnya turut bicara, besti! diskusi anda menarik, mudah-mudahan ada yang dengerin diatas sana. Kite kan rakyat biase, yuuk kita puter lagu sambil joged. Lagu itu tuh “Sepiring Berdua” pan kite rakyat kecil mesti ngirit; juga lagu dangdut “Sakit Gigi” dari pade sakit hati… yang terakhir kite nyanyiin lagu Jawa untuk support Sritex “Sri Minggat”.

Semoga yang kena PHK segera dapat pekerjaan dan rejeki berlimpah, juga tuh yang korup-korup pade dibersihin. Semoga. Wallahualam.

(*) Penulis adalah Pengamat Sosial dan Politik

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60