Opini

Sufisme NU Pasca Habib Luthfi Bin Yahya

37
×

Sufisme NU Pasca Habib Luthfi Bin Yahya

Sebarkan artikel ini

Titik temu antara sufisme Islam dengan aliran kebatinan Jawa inilah yang telah mempercepat penyebaran Islam secara resiprokal. Islam bukan agama pengganti dari agama sebelumnya melainkan kelanjutan dari ilmu hakikat yang teosentris.

Sedangkan menurut teori yang disebut kedua bahwa pelaku Islamisasi Nusantara adalah para pedagang dari Arab, India dan China yang membawa misi agama dalam berdagang berdasarkan prinsip suka rela dan antiriba.

Mereka adalah para pedagang yang jujur dan suka berbagi. Sehingga penduduk lokal dengan mudah menerima dan bersimpati pada cara hidupnya. Kemudian para pedagang rantau tersebut, banyak yang kawin kemawin dengan warga setempat dan melahirkan banyak keturunan secara antroposentris.

Dua teori di atas dapat menjelaskan mengapa bumi Nusantara banyak yang beragama Islam dan NU? Sebab secara teologis dan antropologis, banyak yang punya keyakinan manunggaling kawulo gusti yang bersifat imanatif, serta masyarakat yang terbuka terhadap kebaruan dalam sistem nilai yang bersifat normatif.

Oleh karena itu, sufisme NU pasca Habib Luthfi semestinya membawa pesan imansipasi spiritual bagi Indonesia. Maqomat dalam struktur rohani para sufi merupakan hasil olah jiwa yang merdeka dari perbudakan barang dan orang. Semata-mata mengabdikan diri kepada Allah Azza Wajalla.

Ini artinya, jiwa yang merdeka adalah maqom spiritual yang tinggi yang bebas dari rasa takut dan sedih. Mereka muslim Indonesia yang sudah selesai dengan dirinya yang tak bernafsu pada kekayaan dan jabatan.

Sufisme NU bagi Indonesia mengajarkan pemutihan hati dari hubbud-dunya waljah (cinta dunia dan jabatan). Dengan begitu para pengikut tarikat, tidak mudah tertipu dengan gemerlap dunia. Mereka yang kaya dan berkuasa akan menggunakan kekayaan dan kekuasaannya untuk membantu wong cilik.

Akhirnya jadi teringat pada pernyataan Bung Karno, “Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si Miskin”.

(*) Penulis adalah pendiri Eksan Institute

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60