Sedang Sunhaji itu umat yang menempatkan ulama sebagai pewaris nabi. Mereka sekelompok orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, baik dalam kehidupan beragama, berbangsa maupun bernegara. Mereka khairuh umat (umat terbaik) yang dilahirkan sebagai contoh bagi umat manusia.
Sangat jelas, candaan yang sarkasme menurunkan posisi ulama di mata umat. Sebab, ulama yang semacam itu tak bisa dijadikan panutan dalam bertutur kata yang baik. Tanpa budi perkerti yang baik, ulama kehilangan legitimasi moral yang menjadi misi utama nabi dan para pewarisnya dalam menyempurnakan akhlak manusia.
Selain itu, kasus Gus Miftah dan penjual teh ini juga menyeret Prabowo sebagai pemimpin, Gus Miftah sebagai pejabat dan Sunhaji sebagai rakyat. Memang, semua adalah warga negara. Dimana konstitusi menggariskan seluruh warga negara tanpa terkecuali di depan hukum dan pemerintah memiliki kedudukan yang sama.
Namun dalam negara demokrasi, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi. Para pemimpin yang dipilih melalui pemilu bersumber dari dukungan rakyat. Sehingga, sejatinya tuan dari presiden, menteri kabinet, para pejabat, aparatur negara serta anggota dewan adalah “rakyat”.
Tegasnya, Sunhaji adalah tuan dari Prabowo dan Gus Miftah. Mereka adalah pelayan rakyat yang memiliki tugas dan kewajiban untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik jasmani maupun rohani. Karena itu, suatu kesalahan besar memperlakukan Sunhaji dengan rendah.
Prabowo sudah menegur Gus Miftah agar lebih menghormati rakyat kecil. Presiden sendiri dalam berbagai pernyataannya, “saya lebih menghormati pedagang kaki lima”. Hal ini berarti, penjual teh keliling adalah pedagang kecil yang tentu sangat dihormati oleh presiden yang bertekad bekerja untuk rakyat.
Akhirnya, saya kutipkan pernyataan Umar Bin Khattab, “Dari begitu banyak sahabat, aku tak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezeki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada sabar”.
(*) Penulis adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id