Jujur harus diakui, landskap politik aliran yang mendominasi pergulatan politik Indonesia pada 1950-1970 telah menimbulkan korban bagi banyak pihak. Kelompok kanan dan kiri sama-sama kena. Dan bahkan kelompok non kanan kiri pun juga tak terkecuali. Ini periode perjalanan bangsa yang paling berdarah. Banyak nyawa sesama anak bangsa yang melayang atas alasan perjuangan agama dan ideologi.
Oleh karena itu, bangsa ini harus mengambil pelajaran, jangan sampai tergiur dengan jalan kekuasaan di luar prinsip-prinsip demokrasi. Rakyatlah jatuh-jatuhnya nanti yang paling rugi atas pertikaian elite yang tak berkesudahan.
Transisi kekuasaan dari Bung Karno ke Pak Harto, telah memberikan angin segar bagi keluarga Soemitro di pelarian. Upaya rezim Orde Baru membangun ekonomi, membutuhkan tenaga dan fikiran dari guru Widjojo Nitisastro dan Emil Salim yang menjadi tim ekonomi.
Sang begawan ekonomi harus turun gunung membenahi ekonomi negara yang carut-marut akibat pertikaian politik. Pak Harto akhirnya mengutus Ali Mortopo untuk membujuk Soemitro pulang ke Tanah Air.
Pemulangan Soemitro dilakukan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari kemarahan orang-orang pro Seokarno dan PKI. Ini awal hubungan baik keluarga Seomitro-Seoharto.
Sepulangnya ke Tanah Air, ayahnya diangkat menjadi menteri perdagangan (1968-1973), dan menteri negara riset Indonesia (1973-1978) pada masa kepemimpinan Pak Harto di awal Orde Baru. Sehingga Prabowo remaja kembali menjadi anak pejabat negara dan berada dalam inner sircle kekuasaan terdalam.
Waktu itu, Prabowo remaja sudah berusia 16 tahun. Dan, ia telah lulus SMA di luar negeri. Ia sudah mendaftar kuliah dan diterima di dua universitas kenamaan di Amerika Serikat. Yaitu University of Corolado Boulder dan The George Washington University. Namun, ia mengurungkan niat itu dan memilih melanjutkan di Akmil pada 1970.
Menurut Alm Adnan Buyung Nasution, di sela-sela waktu belum jadi taruna militer, Prabowo sempat kuliah di Universitas Indonesia. Tapi setelah ia keluar dari universitas beralmamater Kuning ini. Full time menjalani pendidikan militer di Lembah Tidar Magelang selama empat tahun (1970-1974).
Buyung sempat bertanya kepada Prabowo alasan keluar dari UI dan masuk Akmil. Sebab, ia ingin menjadi presiden, menjadi pemimpin negara. Dan tentara pintu masuk yang paling visible untuk meraih jabatan tertinggi di Indonesia.
Jadi, Prabowo memang sedari remaja sudah mimpi jadi presiden. Berbeda halnya dengan kebanyakan para presiden lainnya yang tak pernah bercita-cita jadi presiden, hatta dalam mimpi sekalipun. Seperti pengakuan Presiden Soeharto, Gus Dur, SBY dan Jokowi.
Mimpi besar Prabowo ini wajar lantaran luang lingkup keluarga dan ambisinya ingin mewariskan nama dan reputasi bagi generasi berikutnya. Itulah yang disampikannya pada Qatar Economic Forum pada 15 Mei 2024.