Opini

Kisah Garam Madura, dari Tionghoa hingga Pemerintah Kolonial

70
×

Kisah Garam Madura, dari Tionghoa hingga Pemerintah Kolonial

Sebarkan artikel ini
Madura

Oleh : Fikri Mahbub (*)

AGAKNYA saya terngiang sedikit kepingan sejarah Pulau Madura yang tak banyak dibicarakan oleh para pegiat sejarah dan orang-orang tua masa kini. Selain mungkin ceritanya yang usang, juga dianggap tak banyak impact yang akan diterima oleh penikmat mega-loudspeaker dari budaya rasan-rasan, yang rentang efeknya berjuta kali lipat bernama sosial media.

Dahulu, segerombolan tentara Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) mengambil paksa pengolahan garam di bagian sisi timur pulau dengan alasan pembayaran kompensasi atas utang yang dibebankan meneer-meneer Belanda kepada Kesultanan Mataram saat dipimpin Pangeran Puger atau biasa disebut Sinuhun Pakubuwono I.

Namun pada masa sebelum penguasaan oleh tangan bangsa kulit putih itu, tanah-tanah di Madura banyak dikuasai oleh orang Tionghoa untuk menghasilkan garam. Seiring waktu, produksi garam itu tak banyak menghasilkan keuntungan sehingga lahannya mulai dialihfungsikan.

Pengalihfungsian lahan garam berlangsung hingga 1861 saat pemerintah kolonial melihat peluang menggiurkan untuk menambah pundi-pundi kas. Mereka mulai memonopoli harga garam yang dinaikkan hingga berkali-kali lipat yang lantas membuat masyarakat sekitar mulai melirik budidaya garam sebagai alternatif mata pencaharian. Sejak saat itu pula pulau di bagian timur Jawa tersebut dinamai Pulau Garam. Bahkan berselang beberapa dekade kemudian garam menjadi komoditas seksi dengan mengalahkan pendapatan narkotika sekalipun.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60