Opini

Menilik Jejak Sejarah di Gunung Hyang Argapura yang Terlupakan

191
×

Menilik Jejak Sejarah di Gunung Hyang Argapura yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Gunung Hyang Argapura
Istono Asrijanto dengan latar belakang lereng Gunung Hyang Argapura

Hal ini memang tidak serta merta menunjukkan apakah periode masa glasial sebelumnya telah tertransformasi dengan baik seperti pada ungkapan Mpu Prapanca itu sendiri, bahwa adaptasi terhadap lingkungan telah tertanam dalam peta mental masyarakat secara tidak sadar dan selalu dituturkan secara disiplin dan turun temurun.

Apakah warga yang mendiami lereng Gunung Hyang Argapura juga memilik prespektif Senden Gunung itu sendiri? Lantas bagian mana yang kemudian bisa diidentifikasi sebagai ungkapan simbolik tersebut?

Pentingnya Kajian Toponimi di Lereng Selatan Gunung Hyang Argapura

Pendekatan toponimi dalam kajian sejarah berfokus pada asal-usul nama tempat (toponim) dan bagaimana nama-nama tersebut mencerminkan sejarah, budaya, dan identitas masyarakat yang menempati wilayah tertentu.

Tempat-tempat yang diasumsikan dengan nama arkais menurut kajian arkeologis, seperti nama itu dapat dilacak berasal dari bahasa kuno, seperti Jawa Kuno, atau Sansekerta, namun telah mengalami perubahan pengucapan serta perubahan makna.

Juga di kawasan tempat tersebut mempunyai situs atau monumen kuno yang masih berdiri hingga sekarang atau ditemukan diduga obyek cagar budaya.

Harapannya sederhana, bahwa analisis makna kata yang menjadi nama tempat diharapkan menjadi pengantar dan dapat ditemukan beberapa penjelasan yang dapat membantu kajian tidak hanya arkeologi tetapi juga bidang yang lain seperti budaya dan kesenian, utamanya wisata.

Tentu saja untuk melakukan analisis toponimi bukan hanya berkenaan dengan makna kata, dan keluasan makna kata, melainkan juga harus dibubuhi dengan pengetahuan budaya masa silam dan masa sekarang yang mungkin mempunyai akarnya di masa silam. [Toponimi dalam Kajian Arkeologi Agus Aris Munandar, 2016]

Ini membutuhkan sebuah aktivitas yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari sekian banyak poin yang menarik sepanjang lingkaran lereng pegunungan Hyang Argapura, tidak hanya cerita tetapi barangkali juga mengungkap bagaimana postur dan kehidupan masyarakat di lereng Gunung Hyang Argapura setelah redupnya Majapahit dan sebelum penetrasi perkebunan kosentris kolonial di lereng Gunung Hyang Argapura itu sendiri.

Akhirul Kalaam

Telisik Sandur Hyang Argapura kaya akan perspektif dan sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Melihat peradaban Hyang Argapura secara keseluruhan memberikan gambaran utuh tentang proses domestifikasi dan perubahan yang terjadi di masing-masing wilayah. Tantangan terbesar adalah bagaimana menjadikan penelitian ini sebagai bagian dari kolektivitas untuk memahami sejarah dan budaya Hyang Argapura secara mendalam.

(*) Penulis adalah pegiat sejarah dan kebudayaan di Jember, Jawa Timur.

  • Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60