Opini

Menilik Jejak Sejarah di Gunung Hyang Argapura yang Terlupakan

191
×

Menilik Jejak Sejarah di Gunung Hyang Argapura yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Gunung Hyang Argapura
Istono Asrijanto dengan latar belakang lereng Gunung Hyang Argapura

Kejadian ini ternyata terekam dalam banyak folklore lokal terutama di Madura. Bahkan Negarakretagama juga mencatat hal ini di pupuh 15. Nagarakretagama adalah sumber literasi otentik yang menjelaskan bagaimana kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, di abad ke-14 dan sebelumnya di Indonesia, juga tentang Majapahit di masa puncak kejayaannya. Ditulis dalam Bahasa Kawi di bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi) juga disebut sebagai Dessawarnana.

Saya kutip pupuh 15 bait 2 Negarakretagama Desawarnana karya Mpu Prapanca;

“Kunaɳ tekaɳ nusa madura tatan ilwiɳ parapuri, ri denyan tungal / mwaɳ yawadarani rakwaikana danu, samudra nanguɳ bhumi kta çaka kalanya karnö, teweknyan dadyapantara sasiki tatwanya tan adoh.”

Terjemah bebasnya “Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing, karena sejak dahulu dengan Jawa menjadi satu, Konon tahun Saka lautan menantang bumi (tahun 124 saka atau 202 masehi, pen), itu saat, Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh.”

Ini adalah demonstrasi kecil, bahkan Mpu Prapanca telah memperoleh informasi yang cukup penting jauh setelah peristiwa itu terjadi.

Dalam kesenian Sandur Tanean itu sendiri, mungkin saja terselip dan tertanam informasi dalam tutur, simbolisasi, dan pengetahuan lokal, dan menciptakan serta menjadi artikulasi unik menurut persepsi masing-masing saat ini. Misalnya, perbedaan bentuk dan model antara kesenian Sandur Rellang dan Sandur Tanean Karangpring, meskipun mereka berada di kawasan yang sama dan masih terlestarikan hingga saat ini.

Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim yang Terekam Dari Masa Lampau

Masyarakat yang mendiami dataran tinggi seperti di Gunung Hyang Argapura, tampaknya lebih terinformasikan menghadapi perubahan iklim dibandingkan masyarakat kota dan pesisir, dalam perspektif tertentu yang kemudian itu menjadi patokan secara turun temurun.

Ada sebuah filosofi yang menarik yaitu Senden Gunung, yang mungkin sudah dianut sejak masa Aji Saka era klasik awal dan tersebar di Dieng, Wonosobo, Syailendra dan Sanjaya di Jawa Tengah, serta dimodifikasi saat Majapahit di Jawa Timur menjadi filosofi Senden Kali, dan yang masih terlihat di kawasan Gunung Hyang Argapura adalah Senden Gunung.

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60