Buku ini berisi deskripsi rinci tentang geografi, geologi, dan botani Jawa. Selain itu, dia juga membuat banyak gambar dan peta yang membantu dalam pemahaman lebih lanjut tentang wilayah tersebut di masanya .
Perbedaan Pandangan Dataran Rendah dan Tinggi
Lebih khusus mengenai Gunung Hyang Argapura itu sendiri, menunjukan bahwa terdapat perbedaan mendasar dalam cara pandang antara masyarakat dataran rendah dan dataran tinggi terutama mengenai pranata mongso, menurut saya.
Seperti di Bojonegoro dan Tuban, kesenian Sandur penuh dengan informasi pranata mongso yang berguna untuk menentukan jenis tanaman yang cocok di sawah juga sekaligus waktunya.
Hal ini menjadi lazim mereka ada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur dan membentuk kantong-kantong peradaban padi pada masa klasik.
Namun, detil kesenian Sandur di gunung seperti Sandur Tanean di Dusun Durjo, Desa Karangpring atau Sandur Rellang di Desa Klungkung masih belum sepenuhnya dipahami atau hanya belum saja, apakah mereka juga menyampaikan hal itu juga, walaupun sepintas saya melihat ada hal yang sama sekali berbeda dari sekadar tuntunan untuk pranoto mongso itu sendiri.
Penolakan Terhadap Penguasaan Sumberdaya Alam
Sejurus dengan gelaran Pesta Sastra Hyang Argapura 2024 yang digelar oleh Srawung Sastra dan salah satunya adalah menggelar telusur Sandur Tanean, secara sepintas saya melihat ekspresi yang disampaikan secara tegas oleh para pelaku Sandur Tanean adalah pernyataan bahwa mereka menolak untuk mementaskan ritual Sandur Tanean di halaman Kantor Perkebunan JA Wattie Durjo.
Apa yang kemudian terjadi adalah tampak ada upaya untuk tidak menjadikan Sandur Tanean adalah bagian dari kebun swasta yang di masa lampau, tiba-tiba menguasai sumber daya alam yang dahulu dikelola oleh leluhur mereka, dan hal ini tetap dilestarikan dalam bentuk dan simbol-simbol dalam tampilan Sandur Tanean itu sendiri, baik yang tersirat maupun tersurat.
Perusahaan JA Wattie sendiri awalnya berdiri dan beroperasi di bawah pemerintahan kolonial Belanda, didirikan pada tanggal 20 Januari 1921 oleh James Alexander Wattie.
Perusahaan ini awalnya bernama Handel Maatschappij James Alexander Wattie and Company Limited pada tahun 1950-an dan 1960-an, banyak perusahaan asing di Indonesia dinasionalisasi. JA Wattie juga mengalami perubahan kepemilikan dan manajemen selama periode ini, sampai sekarang.