Maka sesuai arahan pusat, pengembangan Dewi harus kolaboratif dan inovatif.
“Dari situ kami merespon, dan melalui pendekatan ekonomi kreatif ini kita ambil tema karena jadi pilar mendongkrak ekonomi inklusif. Ditambah memakai digital promotion dan penguatan CBT (Community Based Tourism) maka mitra klinik BUMDes ini kita mulai dengan Workshop Rembuk Nyekrup,” ujar Ari.
Rangkaian program penguatan dan pengembangan Dewi berbasis BUMDesa akan digelar Juli 2024, diawali ‘Workshop Rembuk Nyekrup’, pada 28 Februari 2024.
Kegiatan ini diikuti 30 tim Mitra Klinik BUMDesa Jawa timur, akademisi dari Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Ciputra.
Turut hadir sebagai narasumber Kabid Destinasi Pariwisata Provinsi Jatim, Dra Susiati, MM, Endah Binawati MSP, MSi, Kabid Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa di Dinas PMD, Khoirul Anwar, CEO Media Times Indonesia; Fauzi Priambodo, Praktisi Branding/CEO Team Work; Baktiar Nur Makmura, Manajer Regional Engagament & Sustainability Sampoerna untuk Indonesia, serta Founder KIP Foundation, Dwi Ariady Kusuma.
Sementara itu, Baktiar Nur Makmura, Manajer Regional Engagement & Sustainability, sebagai perwakilan dari Sampoerna untuk Indonesia menyampaikan, bahwa menjadi kehormatan bagi Sampoerna dapat berkolaborasi pada kegiatan “Rembug Nyekrup Program Mitra Klinik Bumdes Jawa Timur dan Akademi Desa Wisata 2024.”
Baktiyar mengungkapkan tantangan utama hari ini adalah manajemen Dewi berupa tata kelola operasional, branding, dan pemasaran.
“Maka kita akan bimbing dan beri pelatihan agar Dewi di Jatim bisa hidup, bergeliat menjawab kesulitan ekonomi dan mencegah pengangguran,” ujarnya.
Kegiatan Workshop Program Rembuk Nyekrup dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur.
Kadis PMD Provinsi Jatim, Budi, bersyukur karena PT HM Sampoerna, Mitra Klinik BUM Desa dan KIP Foundation terus membantu dan mendukung kemajuan Desa Wisata di Jatim.