Alma mengungkapkan, rutinitasnya dalam mengoptimalkan waktu dan energi di antara latihan, kompetisi, dan studi medis adalah dengan skala prioritas yang dibuatnya.
“Dengan mengoptimalkan waktu dan energi, dapat membantu untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab saya satu persatu, mana harus didahulukan dan mana yang harus diutamakan,” ujarnya.
Terkait dukungan dari teman, keluarga, dan universitas, Nur Alimah mengungkapkan, dukungan yang dia dapatkan luar biasa melebihi dari yang dia bisa bayangkan.
Meskipun bisa dibilang dia cukup nyeleneh, karena biasanya teman-teman banyak kegiatan akademik yang sejalur dengan pendidikan, justru dia keluar jalur di non-akademik.
“Ada momen penuh inspirasi dalam perjalanan hidup saya, yakni di tahun 2015 saat saya mengikuti Pelatnas di Jakarta menjelang Sea Games 2015. Saya mengalami multiple fraktur pada pergelangan tangan kiri saat sedang berlatih, hampir putus asa juga karena pertandingan kurang beberapa bulan. Alhamdulillah hal itu dapat saya lalui dengan mengoleksi 2 perak dan 1 perunggu di Sea Games Singapura 2015,” ungkapnya.
Apa rencana selanjutnya setelah menjadi dokter?
Ke depan, Alma berencana untuk mengintegrasikan passion-nya dalam olahraga ke dalam praktik medis, dengan fokus pada kedokteran olahraga dan rehabilitasi.
“Selain bercita-cita jadi dokter spesialis anak, ada bayangan lain untuk menekuni dunia kedokteran olahraga, juga kedokteran fisik dan rehabilitasi yang masih bersinggungan di dunia olahraga, contohnya dalam membantu recovery atlet-atlet yang mengalami cidera,” katanya.
Nunik Nurdiati, Ibunda Alma, mengaku tidak menyangka anaknya lulus dan menjadi dokter.
“Saya sangat bersyukur karena anak saya lulus, ini benar-benar di luar dugaan, karena selama ini Alma fokus latihan Ski Air menghadapi PON akan datang,” tuturnya.
Namun demikian, lanjutnya, sebagai orang tua, dirinya tetap selalu mendukung dan berdoa yang terbaik untuk Alma.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id