Program Pendekar Tani, ini akan mendongkrak pula nilai tambah, dari satu fokus varietas jagung hibrida saja.
“Hasil panen petani, jika kualitas dan harga jual naik, maka ada nilai tambah. Pemberdayaan komunitas, ini untuk menghadapi tantangan dan krisis semisal jebolnya DAM Boreng,” tambahnya.
Maka program penanaman jagung hibrida dari dana “Pendekar Tani” efektif mendukung pemulihan ekonomi masyarakat Desa Boreng.
“Kami dari Aliansi Pendekar Lumajang, telah mengalokasikan anggaran Rp7,5 miliar, hasil pinjaman patungan dari donatur Pendekar yang peduli nasib petani terdampak DAM Boreng-Gambiran,” imbuhnya.
Alokasi pendanaan senilai Rp7,5 miliar itu antara lain; program olah tanah (POT), pengadaan bibit Jagung Hibrida mandiri, biaya tanam, mekanisasi pengairan, tenaga kerja dari tanam sampai panen, pupuk, biaya pestisida, herbisida dan fungisida, terakhir biaya transportasi hasil panen.
Untuk pemasarannya, aliansi Pendekar telah menggandeng mitra dengan nilai kontrak Rp5000 per kg glondong kering panen (GKP).
Untuk itu, kata Gus Mamak, adanya support dari Pemkab Lumajang, membantu mengarahkan masyarakat terdampak bisa nengikuti program tersebut.
Karena daerah sulit air maka dibantu alsintan, bantuan multi purpose tractor New Holland/John Deere 100hp, combine harvester, pengering jagung kapasitas 100 ton per hari dan Diesel Alkon.
“Dalam program ini kami melibatkan puluhan Insinyur pertanian dan tenaga ahli lapangan putra asli daerah,” pungkasnya.
Untuk itu Gus Mamak, menjadwalkan penanaman jagung serentak tahap lanjutan hingga 100 hektare pertama.
Untuk tahap I telah dilakukan pada 18 Februari 2024 dengan luasan 4,6 hektare.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
