Kata dia perjuangan PPS dan petugas Pemilu begitu berat, di sisi lain ada narasi yang mempertanyakan kerja dan kinerja penyelenggara Pemilu di tingkat TPS.
“Kita lihat mereka bertugas menghitung, menandatangani, dan melaporkan semua hasil coblosan baik surat suara DPRD kabupaten, provinsi, DPD, DPR RI dan Presiden.
Saya lihat di depan rumah saya, di TPS 031 Jemursari, kerja mereka sampai pukul 01.00 WIB dinihari. Itu perjuangan luar biasa. Sementara energi untuk menjalankan tugas itu tidak cukup tersupport. Di sisi lain PPS disalahkan semuanya,” ujarnya.
Untuk itu pihaknya memberikan uluran tangan dan perhatian terhadap nasib anak-anak yang ditinggalkan ayah dan yang ditinggal anggota keluarga mereka.
“Apa yang ingin saya sampaikan di sini, bahwa mereka adalah pejuang demokrasi. Mereka melayani warga di TPS. Mereka memastikan semua teregistrasi dan terlaporkan dengan baik dan benar. Betapa perjuangan mengawal demokrasi tidak sederhana,” ujarnya.
Ironi, kata Khofifah, ada kasus salah hitung kertas suara lantas digebyah uyah kinerja PPS seluruhnya salah.
“Jika ada salah hitung surat suara, dan surat suara tertukar itu, maka yang salah diluruskan dengan PSU. Bukan lantas ada narasi menolak hasil Pemilu atau minta Pemilu ulang. Tidak ada kamus Pemilu ulang yang ada hanya PSU,” tandas Khofifah.
Dia mengingatkan bahwa menjalankan tugas sebagai KPPS di 120.666 TPS se Jatim, adalah perjuangan berat. Jangan sampai ketika ada satu TPS yang salah hitung lantas digebyah uyah kinerja KPPS disamakan dengan yang viral itu, minta Pemilu ulang.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
