Rahayu menyampaikan, Pokja I memiliki inovasi Cegah Pernikahan Anak (Cepak), yakni sosialisasi terus menerus akan dampak pernikahan usia dini.
Sedangkan, Pokja II punya inovasi gerakan membangun pendidikan kesetaraan desa (Gempita Desa). Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka akan mudah menerima informasi pentingnya pola asuh yang benar di 1000 hari pertama kehidupan.
Kemudian, Pokja III dengan inovasi Pawon Urip, yakni upaya penurunan stunting dengan pemanfaatan lahan di sekitar rumah.
Baik sayuran dan buah untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dalam satu paket Pawon Urip.
Dan, Pokja IV melalui gerakan sigap stunting, ibu dan baduta terdampingi (Gessit). Artinya gerakan mengawasi dan memonitor ibu hamil dan bayi di bawah usia dua tahun (Baduta) risiko stunting, agar terdampingi dan bisa mengatasi stunting.
“Program gessit bersinergi dengan program tim pendamping keluarga (TPK) yang mempunyai peran penting dalam upaya penurunan stunting,” terang dia.
Rahayu menegaskan menurunkan kasus stunting, tiap pokja bekerja berkesinambungan, semua inovasi itu akan saling melengkapi.
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Lumajang, Supratman, mengapresiasi kinerja Dinkes P2KB dan TP PKK, dalam aksi menurunkan angka stunting.
“Inovasi yang di program Dinkes P2KB Kabupaten Lumajang dan TP PKK Kabupaten Lumajang sangat bagus dan semoga berdampak kepada penurunan angka stunting di Kabupaten Lumajang,” ujar politisi PDIP.
Percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Lumajang ini, kata wakil rakyat asal Kecamatan Senduro ini, tidak bisa dilakukan hanya perorangan saja, namun harus melibatkan banyak pihak.
“Mulai tokoh masyarakat, warga perseorangan, lembaga sosial, dan lembaga atau instansi lainnya,” tutupnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
