Pendidikan

Lantunan Selawat Nabi Awali Wisuda 1071 Mahasiswa Unusa

119
×

Lantunan Selawat Nabi Awali Wisuda 1071 Mahasiswa Unusa

Sebarkan artikel ini
Wisuda Unusa
Suasana saat prosesi wisuda Unusa

BERITABANGSA.ID – SURABAYA – Acara wisuda di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) jelang peringatan Maulid Nabi lain dari biasanya. Kali ini lantunan selawat Nabi mengawali acara wisuda 1.071 mahasiswa yang digelar di Dyandra Convention Hall, Rabu (27/09/2023) start pukul 08.30 WIB.

Lantunan selawat Nabi dipimpin oleh Rektor sebagai awal dimulainya acara wisuda tersebut diikuti para wisudawan dan para undangan, berjalan khidmad.

Selain diawali bacaan selawat Nabi acara wisuda dan pelantikan kali ini juga dihadiri oleh rohaniawan dari empat agama berbeda, masing-masing, rohaniawan Khatolik, Kristen, Hindu dan rohaniawan Islam.

Kehadiran empat rohaniawan tersebut untuk mendampingi pengambilan sumpah para wisudawan terlantik yang berasal empat agama tersebut.

“Karena peserta pelantikan dan pengambilan sumpah diikuti empat agama, maka kami menghadirkan empat rohaniawan untuk mendampingi pembacaan sumpah atau janji. Ini menunjukkan pula bahwa peserta didik Unusa memang tidak hanya yang beragama Islam,” kata Rektor Unusa Profesor Achmad Jazidie.

Margaretha Kolo, salah satu wisudawan beragama Khatolik berceraita tentang pengalamannya kuliah di Unusa.

Biarawati ini mengungkapkan, pertama kali dia tidak tahu harus masuk ke mana setelah tiba di Surabaya.

Temannya merekomendasikan masuk ke Unusa. Awalnya ia ragu masuk ke kampus milik Nadhlatul Ulama ini, tapi ketika mendaftar dan langsung saat itu ditemui Rektor, ia meyakini jika di kampus ini tidak ada diskriminasi.

Wisuda Unusa
Prosesi wisuda Unusa di Dyandra Convention Hall

“Saya merasa sangat diterima di Unusa dan saya memaknainya sebagai sebuah panggilan untuk berada di kampus yang mahasiswanya Sebagian besar beragama Islam. Tidak ada kekhawatiran apa pun dalam diri saya,” katanya.

Dikatakannya, dirinya ikut belajar agama Islam selama kuliah di Unusa.

“Ini yang membantu saya untuk memahami lebih banyak tentang ajaran agama dan nilai-nilai universal seperti cinta kasih,” ungkap perempuan kelahiran, Oekolo, NTT, 30 Mei 1994 ini.

Cerita Margaretha diawal perkuliahan dirinya menjadi pusat perhatian mahasiswa lain, sebab dia tidak mengenakan jilbab sebagaimana mahasiswa muslim lainnya.

Perempuan lulusan Prodi Gizi ini tetap mengenakan pakaian biarawati saat kuliah.

Mahasiswa lainnya, Ni Komang Sukrati (Hindu), Suryaningtyas (Kristen) dan Yuni Safritri Rambu Rauna Bela (Katolik), juga berbicara tentang pengalamannya di Unusa sebagai mahasiswa Non Muslim.

Mereka bangga dan senang dapat kuliah di Unusa tanpa mengalami diskriminasi meskipun ia tidak memakai jilbab, selama menjalani perkuliahan.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

>>> Ikuti saluran whatsapp beritabangsa.id
Example 468x60Example 468x60Example 468x60 Example 468x60