Opini

Pitik Engkung

145
×

Pitik Engkung

Sebarkan artikel ini
Pitik engkung
Indra Brahmana

Oleh : Indra Brahmana

Asal usule teko tembung Manengkung sing artine ndonga marang Gusti Allah kanti temen lair batin, ati lan kolbu, memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilafan serta memohon keberkahan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Pitik Engkung sudah ada pada jaman kerajaan Jawa Kuno, yang tersebut dalam Serat Centhini II, yang menyebut tentang Iwak Pitik.

Pitik Engkung memiliki filosofi yang tak bisa diabaikan dalam budaya Jawa dan menjadi sajian utama melengkapi Tumpeng Sego Gurih yang disajikan dalam bentuk utuh dan ditata dengan indah.

Ayam merupakan perlambang rasa syukur atas segala kenikmatan dan anugerah yang diberikan Gusti Allah kepada kita.

Ayam adalah bentuk doa baik dan perlambang bagi manusia agar bisa meniru perilaku ayam. Ayam tidak rakus, ayam selalu memilih memakan yang baik dan tidak makan makanan yang buruk. Manusia diharapkan selalu eling lan waspodo untuk memilih mana yang baik dan tidak memilih atau melakukan hal-hal yang buruk.

Dulur Papat Limo Pancer.
Tumpeng Sego Gurih Pitik Engkung akan disajikan bersama 4 lauk pelengkap lainnya, biasanya Orem-Orem Tahu Tempe, Telur, Urap-Urap dan Sambal Goreng Ati yang semuanya memiliki arti.

4 Lauk & 1 Pitik Engkung yang disajikan bersama Gunungan Tumpeng Sego Gurih melambangkan Dulur Papat Limo Pancer.

Uraian tentang Dulur Papat Limo Pancer, akan ditulis dalam lanjutan artikel ini ya, karena membutuhkan persiapan batin untuk memahaminya, cekno gak konslet, soale wis kategori Memahami Yang Tersirat Untuk Menemukan Yang Tersembunyi.

Penulis : Kepala BNN Kabupaten Lumajang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.id.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id

banner 300600
banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

banner 300600