Pria yang juga sebagai fasilitator sekolah penggerak angkatan 2 ini menambahkan, Project Management Office hybrid dapat membantu dalam merencanakan semua langkah yang diperlukan untuk melaksanakan program sekolah penggerak.
Mereka akan mengembangkan jadwal, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan mengatur tahapan implementasi. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab untuk mengendalikan kemajuan proyek, mengidentifikasi permasalahan, dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
“PMO memantau perkembangan program secara teratur dan mengumpulkan data terkait kinerja, biaya, dan hasil. Informasi ini penting untuk membuat keputusan yang informasional dan mengkomunikasikan kemajuan kepada pemangku kepentingan dan pihak-pihak terkait,” ungkapnya.
Kepala SDN Sukorambi 03 Jember, Miska Yudi Sudarta, mengungkapkan, bahwa PMO tahun lalu dengan tahun ini ada perbedaan dalam segi pelaksanaannya.
Tahun lalu, Project Management Office dilaksanakan secara daring, sedangkan tahun ini, dilaksanakan secara luring di sekolah masing-masing.
“Fasilitator tidak dapat ikut serta proses PMO Bersama guru-guru. Nanti PMO yang dihadiri fasilitator akan dilaksanakan saat lokakarya secara luring,” ungkapnya.
Yudi menambahkan, dengan adanya PMO yang efektif, implementasi program sekolah penggerak dapat menjadi lebih terstruktur, terorganisir, dan terukur. PMO membantu dalam mengatasi tantangan yang mungkin muncul selama pelaksanaan program dan menjaga agar program tersebut tetap berada pada jalur yang benar menuju pencapaian tujuan.
“PMO memfasilitasi komunikasi antara semua pihak yang terlibat dalam program sekolah penggerak. Ini mencakup komunikasi antara tim proyek, pemangku kepentingan internal dan eksternal, serta pihak-pihak lain yang berhubungan dengan program,” ungkapnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
