BERITABANGSA.ID, JOMBANG – Hari Raya Idul Adha segera tiba. Kondisi ini membawa berkah tersendiri bagi para perajin tusuk sate.
Heru Subandi, perajin tusuk sate asal Dusun Sedamar, Desa Talunkidul, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, ini misalnya.
Usahanya yang ditekuni sejak 15 tahun silam itu kini banjir pesanan.
“Saya memproduksi tusuk sate dan tusuk cilok. Biasanya menjelang hari raya kurban banyak yang butuh. Pesanan pun naik 2 sampai 3 kali lipat dibandingkan hari biasa,” ujar Heru, di kediamannya, Sabtu (10/6/2023) siang.
Di belakang rumah induk, Heru bekerja. Dia bersama belasan karyawannya, berbagi peran. Ada yang memotong bambu, membelah kecil-kecil, menjemur, membakar dan mengemas.
Bahan bakunya diambilkan khusus. Yakni bambu ori dari Ponorogo.
“Bambu ori asal Ponorogo itu lebih kuat dan lebih putih dibandingkan bambu-bambu lainnya. Satu kodesel bambu itu dua hari, menghasilkan 5 kuintal tusuk sate,” papar pria 54 tahun itu.
Mula-mula bambu dibelah jadi dua. Terus dibelah sampai berukuran 20 cm.
Kemudian diserut sampai berbentuk lidi. Proses itu dilakukan dengan mesin.
Tusuk sate lantas dijemur di bawah terik matahari, dan dilanjutkan pengovenan. Pemanasnya memakai arang. Setelah itu dihaluskan dan dikemas.
“Per kemasan ukuran kecil seberat 2,5 ons saya jual dari harga 4.500 hingga 5.000 rupiah. Kalau ukuran besar per kilogram saya jual 12.500 rupiah. Dalam sebulan omzetnya tembus 60 juta rupiah,” tandasnya.
Di lokasi produksi, Anggi, pelanggannya asal Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang datang memesan 20 kilogram tusuk sate.
“Ini mau pesan 20 kilo tusuk sate, buat persiapan nyate bersama satu kampung di rumah. Ya sudah biasa dan langganan di sini, karena kualitasnya bagus dan murah,” tukasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id