“Dulu sebelum dibangun sekolah ini, saya dijanjikan tanah ini mau diganti dengan lahan pecaton, juga dijanjikan jadi tukang kebun sekolah, namun setelah sekolahan dibangun hingga saat ini tanah yang dijanjikan mau digantikan ke saya tidak ada, dan pekerjaan jadi tukang kebun sekolah juga tidak diberikan,” ucapnya.
Haji Yakub menambahkan sebenarnya persoalan ini tidak ribet apabila dari pihak pemerintah ingin membeli lahan itu.
Dia juga berharap agar persoalan ini segera diselesaikan, dengan harapan tidak ada yang saling dirugikan.
“Ya kalau sekarang saya mau tarik kembali tanah milik saya ini Pak, karena ini hak milik saya, surat surat saya ada, tetapi jika pemerintah ingin membeli tanah saya, maka saya ikhlas mau saya jual, tapi kalau tidak mau beli ya saya tarik, tidak repot kalau saya,” ujarnya.
Sementara itu M Fadilluddin Thohir, Kepala Sekolah SDN Madulang 02, mengaku kena dampak dari masalah itu.
Sebelum dia menjabat jumlah siswa di SDN Madulang 02, sebanyak 320 anak, kini turun jadi 150 anak saja.
“Kemungkinan kena efek ada konflik yang belum terselesaikan, sehingga siswa di sini menurun, ya semoga cepat terselesaikanlah,” ungkapnya.
Di tempat yang sama wali murid dari siswa SDN Madulang 2 mengakui sejak konflik itu, anak-anak mereka malas masuk sekolah, karena halaman sekolah sudah jadi tempat kandang hewan peliharaan.
“Anak saya tidak mau masuk sekolah Pak, pas minta pindah sekolah terus, katanya anak saya tidak bisa konsentrasi karena adanya bau kotoran hewan di halaman sekolah, terganggu anak saya,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.id
