BERITABANGSA.COM– SIDOARJO– Ada hal aneh yang belum banyak diketahui masyarakat Jawa Timur. Pun juga warga Kecamatan Tanggulangin. Tepatnya di Desa Randegan ini, ada pantangan penduduk ini jualan nasi dan rujak ulek.
Desa ini berdampingan dengan Desa Pangkemiri, Kecamatan Tulangan di sisi barat dan sisi timur dengan Desa Ketegan Kecamatan Tanggulangin.
Di sini tidak ada warga yang jualan nasi maupun rujak ulek.
Seolah sudah jadi peraturan turun temurun. Masyarakat tidak berani melanggar.
Warga setempat beranggapan berjualan nasi adalah hal tabu dan bisa memicu hal yang tidak diinginkan.
Konon ada warga asli maupun pendatang, nekat usaha jualan nasi dan rujak ulek. Tapi sudah diingatkan oleh aparat desa dan tetangga. Ketika nekat, ini meninggal dunia.
M Ghufron, tokoh masyarakat, membenarkan warga Randegan tidak ada yang berjualan nasi maupun rujak ulek. “Hal itu berlaku sejak dahulu,” kata Ghufron, Rabu (06/10/2022).
Ghufron melanjutkan, tidak tahu sejak kapan mitos itu terjadi. Semenjak dia menempati Desa Randegan, hal itu sudah ada dan tidak boleh dilanggar.
Sejak dahulu, sesepuh di sini sudah beranggapan tidak boleh siapapun melanggar dengan berjualan nasi. Jika dilanggar, banyak hal terjadi yang menimpa bagi pelanggar. Mulai ada keluarga yang meninggal, tertimpa musibah, kecelakaan dan hal lain yang tidak diinginkan.
“Segala sesuatu semua itu kehendak Allah SWT. Tapi faktanya banyak kejadian yang tidak diinginkan terjadi ketika itu diterjang. Sebaliknya ketika jualan selain nasi dan rujak ulek, ya tidak terjadi apa-apa. Wallahu a’lam bisshowab (hanya Allah yang mengetahuinya),” imbuh, Modin Desa Randegan itu.
Ghufron sedikit menceritakan, banyak kejadian bilamana mitos itu dilanggar. Hal itu terjadi pada temannya sendiri. Kebetulan dia kenal dengan warga pendatang yang buka usaha jualan nasi ayam goreng dan bebek goreng.
Ketika mulai buka usaha, dia sudah mengingatkan, termasuk tetangga – tetangga rumahnya. Saat mulai buka usaha jualan nasi itu, diberitahu tetangganya apa tidak jualan lainnya. Namun tetap saja jualan nasi, mengabaikan imbauan aparat desa.
“Ya tidak tahu, kemudian takdirnya, tidak lama dipanggil yang Maha Kuasa alias meninggal dunia. Setelahnya, keluarga warga pendatang itu tidak ada yang meneruskan usaha jualan nasi tersebut,” imbuhnya.
Sementara Kepala Desa Randegan Muchammad Syamsoel Halim membenarkan soal mitos tersebut. Tidak ada di desanya orang berjualan nasi dan rujak ulek. Itu berlaku sejak zaman masa kecil atau bahkan sebelum dia lahir. Itu sudah terjadi sejak nenek moyangnya dahulu.
“Ya warga sini dimanapun berada atau tinggal di luar Desa Randegan, menghormati adat istiadat, termasuk budaya yang sudah tertanam sejak lama tersebut. Jadi, saat ini masyarakat usahanya bermacam-macam selain berjualan nasi dan rujak ulek,” sebutnya.
Kades juga bercerita, ada juga warganya yang menerima pesanan tumpeng. Namun untuk berasnya, dia tidak bersedia menyediakan atau memasak nasi dari beras yang dimilikinya. Beras yang dimasak, berasal atau datang dari pemesannya sendiri.
“Jadi istilahnya, ongkos yang diambil dari warga yang dimaksud, hanya ongkos jasa memasaknya, tidak diniati jualan nasi tumpeng yang berasal dari dirinya (warga Randegan, red) tersebut,” pungkasnya.
>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com